Kebetulan atau Pertanda?

Tadi malam, aku nginep di kostan Fa-Fa, karena pagi ini dia udah balik ke Jakarta. Fa-Fa nyalain lagu di MP3, karena bosan dengan lagunya, aku nyari lagu-lagu lain untuk dimasukin. Kebetulan, aku nemu lagunya Rama (Saat-Saat Terindah). Emang sih, setiap denger lagu itu, aku pasti jadi sedih. Begitu pula tadi malem. Aku denger lagu itu, sepertinya pengen nangis.

Perasaannya seperti waktu mau perpisahan SMA. Sedih banget.

Pagi ini, aku dapet berita bahwa Pak Syahrir, guru yang paling dekat denganku, telah berpulang ke Rahmatullah.

Apaah ini kebetulan? Atau memang sebuah pertanda?

Beberapa hari sebelumnya, tiba-tiba foto Pak Syahrir yang kupasang di kamarku jatuh. Memang sebelumnya ada beberapa foto yang kupasang di situ, karena nempelinnya cuman pake doubletip, makanya sering jatuh. Akhirnya foto-foto itu kubiarkan jatuh, entah mengapa cuma foto Pak Syahrir yang stay di sana, gak pernah jatuh.

Saat foto Pak Syahrir jatuh, Inna (my room mate) ceplos ngomong, "Pertanda buruk tuh." Aku sebenarnya emang rada takut Inna ngomong gitu, soalnya Pak Syahrir emang lagi sakit. Tapi tetap kubawa santai, akrena setiap ada foto yang jatuh, Inna memang selalu bilang "Pertanda buruk"


Apaah ini kebetulan? Atau memang sebuah pertanda?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Saat-Saat Terindah, Saat Masih Bersamamu

Saat Awal Kepengurusan Sebagai Sekretaris OSIS
Aku sempat beberapa waktu menghindari Beliau karena belum nyerahin daftar prestasi siswa SMANSA Maros. Soalnya... waktu itu, data belum rampung dan gak enak kalo ngasihnya nyusul-nyusul. Watu itu aku masih sangat segan dengan sosok seorang Pak Syahrir.

Saat XI IA 1 Mendengar Kabar Rolling
Waktu itu, penaikan kelas dari kelas XI ke kelas XII. Seluruh siswa XI IA 1 tetap ingin sama-sama sampai di kelas XII. Kalau ada rolling, kata guru-guru di sekolah, tujuannya agar ada tutor sebaya, agar yang pintar2 tidak hanya ngumpul di XII IA 1 saja. Siang itu, aku mohon-mohon ke Beliau (scara, Beliau adalah wakasek kesiswaan, t4 para siswa beraspirasi).

Tapi, sayangnya Beliau hanya menanggapi dengan bercanda. Beliau juga menirukan gaya bicaraku yang menurutnya sangat manja. Huh,,, Tapi aku ga berhenti sampai di situ, untuk ke sekian kalinya aku membujuk Beliau, sampai-sampai, aku menangis sambil memohon-mohon ke Bapak di pintu ruangan Tata Usaha. Orang yang melihatku ada yang bertanya-tanya mengapa aku nangis di pintu, trus merengek-rengek kayak anak kecil mintaa dibeliin balon, ada yang cuek aja, ada juga yang ngetawain tingkahku.

Waktu itu aku gak kepikiran yang lain, ekcuali nyari cara agar XI IA 1 bisa tetep bareng di XII IA 1.

Saat SIASAT Menjadi PHOENIX
Setelah melalui masa negosiasi dan pertimbangan panjang adri para pejabat sekolah, akhirnya semua kelas XI tidak akan mengalami rolling kelas, sehingga XI IA 1 akan menjadi XII IA 1. Saat di kelas XI, nama kelas kami adalah SIASAT (Sebelas IA Satu), sedangkan di kelas XII, kami berganti nama menjadi PHOENIX (Popular Community of X-act).

Minggu pertama duduk di kelas XII, Pak Syahrir pernah datang ke kelasku saat belajar Fisika. Dia bilang ke Bu Sumi (guru Fisika kami),
"Bu, ada lho, anak IA 1 yang cengeng banget. saking gak maunya dirolling, dia nangis2 ke saya di pintu ruang tata usaha," katanya sambil ngelirik dan senyum-senyum padaku.

Saat Aku Ngambek Sama Ketua OSIS
Dia selalu bilang:
1. Dia itu emang sengaja mau liat kamu marah.
2. Dia cuman mau ngedidik kamu utnuk jadi dewasa, biar gak manja terus.
3. Dia gak selalu seperti yang dia tunjukkan di depan kamu. Dia gak senyebelin itu kok.
4. Kamu harus profesional jadi sekretaris. Jangan campur adukkan masalah pribadi dan organisasi.

Saat di Bali
Malam itu, aku lagi kepengen banget ke Pantai Kuta dan jalan-jalan di seitar hotel. Aku terus merengek-rengek ke Bapak untuk nemenin aku jalan-jalan. Dia akhirnya nemenin aku ke pantai bersama guru-guru lain + Munir.

Pulang dari pantai, aku pengen ikut jalan-jalan bareng Kak Kurni. Aku ngajakin Bapak lagi, dia cuman bilang, "Bapak ini kan, sudah tua, ga bisa diajakin jalan jauh-jauh."
"Yaudah, Pak. Kan perginya sama Kak Kurni, temannya Kak Kurni dan satu orang Ibu (lupa namanya)." Tapi Pak Syahrir gak ngebolehin. Katanya cewe semua, trus katanya malem, pokonya banyak deh. Lagi-lagi, aku ngerengek-rengek sama Pak Syahrir. Kalo keinginanku gak terpenuhi, au gak bakalan berhenti minta ke Bapak. Akhirnya Pak Syahrir ngebolehin asal Munir ikut. Yeeeee....

Pesan Dari Beliau Untukku:
1. Jangan tinggalkan shalat.
2. Hati-hati di Bandung, karena Bandung adalah kota yang melenakan bagi orang yang lalai.
3. Jadilah srikandi, minimal untuk dirimu sendiri.
4. Masa' mau kalah sama Munir. Dia pinter Kimia, pinter nulis, bla,,, bla,,, bla,,, sedangkan kamu cuman jago debat, pidato (pokoknya cuman Bhs Inggris).

Terakhir aku menghubungi Beliau, gak ada lagi canda tawa seperti waktu masih SMA dulu.
Tahun lalu, waktu aku ulang tahun ke 18, Beliau lupa. Tapi, saat ku missedcall, au nanya, "Pak,ngerasa lupa sesuatu gak?" Dia langsung inget, hari itu adalah hari ulang tahunku. Aku gak pernah nyangka, itu adalah terakhir kalinya Beliau mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Menjelang hari ulang tahunku yang ke 19, Beliau ternyata telah pergi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GURUKU

OH GURUKU ENGKAU BAGAIKAN MALAIKAT
ENGKAU TELAH MELEPASKAN KAMI
DARI BELENGGU KEBODOHAN YANG SELAMA INI
MENGIKAT KAMI

PERJUANGAN MU TAKKAN
BISA KAMI LUPAKAN
KESABARAN MU TELAH MEMBUAT KAMI SADAR
AKAN PENTIGNYA PENDIDIKAN
GURU TANPAMU TAKKAN ADA ORANG YG DAPAT MEMBACA
NIAT MU BEGITU TULUS UNTUK MENCERDASKAN ANAK BANGSA

TANPAMU
AKU TAK BISA MENGGAPAI CITA-CITAKU

TERIMAH KASIH GURUKU
TERIMAH KASIH

BY:
AINUN MUTMAINNAH ACMADI


"PUISI DARI SI BUNGSU..."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Doa Dari Adik Bungsuku

Buat Nila Sartika Achmadi

DARI AINUN DI MAROS

Ka Sebelumnya Saya Mau Mengucapkan

SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE 18
Semoga di tahun ini kaka bisa lebih berhasil
Mudah rezeki
Bisa menjadi anak yang sholeh taat sama orangtua
Bisa menjadi kaka yang dapat contoh oleh adik adiknya
Dapat membuat seluruh keluarga bangga akan pretasi kaka
Dan juga bisa lebih memerhatikan adik adiknya jujurka selama ini saya merasa kurang mendapat kasih sayang karna kita ,ka herul dan mama sangat sibuk sama urusan masing masing jujurka tujuan utama saya di pesantren agar saya mendapatkan sosok seorang kaka yang bisa diajak bercanda dan juga ada disaat saya sedih dan juga di saat saya senang ,dan akhirnya saya mendapatkannya itulah salah satu alasan kenapa saya betah di pesantren.
Tapi tidak berarti saya tidak sayang sama kaka saya hanya ingin sedikit diperhatikan hanya itu yang saya inginkan satu didalam hidup saya ka, terkadang saya iri sama teman saya kalo dia sedang bercanda sama kakanya dan juga kalo kaka teman saya datang atau mendapat telfon dari kakanya ka saya bisa minta tolong sekali saja kita menelfon kepesantren saya hanya itu permintaan saya sama kaka plis sekali saja kita menelfon kepesantren saya karna mungkin hanya saya yang tidak pernah di jenguk oleh kaka saya dan juga tidak pernah ditelfon oleh kaka saya .

Katelfonka”na dipesantren :374 656

By :
AINUN

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tangisan Subuh

Subuh ini rasanya ada yang berbeda. Entah apa, tapi aku merasakannya. Ah, peduli amat, yang jelas satu hal yang tidak berbeda dari biasanya,bahwa aku harus berangkat ke mesjid untuk shalat Subuh. Aku berjalan menuju WC dan memanjakan diriku dengan buaian air wudhu yang cukup untuk membuat mataku terbuka begitu pula dengan hatiku.

Di perjalanan aku mendengar suara adzan yang merasuk sadarku, jauh hingga ke relung-relung hati. “Indah nian panggilan itu.” Sejenak aku merasa begitu beruntung, masih bisa mendengar panggilan surga dengan hati yang telah kubangunkan dari kelalaian. Aku rasanya begitu asyik dengan semuanya, dan tidak ingin ini berlalu. Tapi…entah apa yang kupirkan, anganku hampir malangkah terlalu jauh sedangkan langkah kakiku sudah tidak jauh lagi dari rumah Tuhan yang kutuju.

Aku terbuai dengan kekhusyukanku dengan Allah dalam mesjid berlantai dua ini. Seusai sahalat, seperti biasanya aku bersalaman dengan jamaah yang rutin hadir untuk shalat di mesjid. Saat manggengggam tangan mereka ada rasa tidak ingin berpisah.

“Pak, maaf ya, kalau selama ini saya ada salah!” ucapku pada mereka yang hampir semuanya adalah orang dewasa.
“Memangnya Nak Hasyim ada salah apa? Setahu Bapak Nak Hasyim orang baik dan sopan,” kata Pak Sanusi. Dia menatapku seolah penuh tanda tanya.
“Namanya juga manusia Pak, pasti tidak mampu luput dari kesalahan. Termasuk saya.” Entah ada apa denganku, tapi sesuatu yang berbeda sejak tadi begitu terasa. Aku duduk temenung di atas sajadah biru yang sudah begitu akrab dengan kening ini.

Saat mata ini tetuju pada sosok pria berjanggut lebat, tiba-tiba tetesan air mata membasahi pipiku. Beliau adalah H.Hasan. Orang yang telah merawatku hingga dewasa. Meski dia bukan ayah kandungku,tapi dia telah membawaku dari jalanan.

“Pak, maafkan saya. Salama ini saya telah merepotkan Bapak. Saya….” sudah tidak ada lagi kata yang sanggup kuucapkan. Aku bersimpuh di hadapannya yang sedang bersandar di tembok mesjid.
“Nak,ada apa denganmu pagi ini? Kau terlihat aneh, Bapak merasakannya.” H.Hasan membelai kepalaku,membuat air mataku mengalir semakin deras.
“Kamu tidak ada dosa apa-apa sama Bapak, tenaglah! Atau mungkin kamu sedang ada masalah, ceritakan saja Nak!”
“Tidak,Pak!”
* * *
Adzan Subuh kembali menjemputku dengan buaiannya. Beberapa hari ini aku merasakan sesuatu yang aneh, terlebih saat berangkat ke mesjid setiap Subuh. Tapi untuk kali ini aku merasakan ada kelegaan, apalagi beberapa hari yang lalu aku telah minta maaf. Entah karena apa, tapi aku merasa harus melakukannya.

Seusai shalat Subuh, aku memohon maaf kepada Allah atas segala kekhilafanku. Tanpa kusadari, air mataku menetes. Saat aku bangun dari dudukku, ada kelegaan yang melebihi segala rasa lega yang pernah kurasakan.

“La…ilaha illallah Muhammadarrasulullah!” kalimat ini rasanya tak ingin lepas dari bibirku dan lekat di hatiku. Sepertinya diriku ini menjadi begitu dekat dengan sang Khaliq. Tiba-tiba aku merinding, lalu sekali lagi, dua kalimat tauhid itu kulafadzkan. Semakin dekat kurasa diriku dengan Rabb seluruh alam.

Semuanya menjadi ringan namun di sisi lain terasa begitu sakit. Entah sisi mana yang sakit. Bahkan selama hidup, inilah masa tersakit yang kurasakan. Apa ini pertanda?

Lalu kulihat H.Hasan menengok tubuhku yang terjatuh di lantai mesjid.
“Ina lillahi wa inna ilaihi rajiun!” ucap H.Hasan.
Ternyata kini Malaikat Izrail telah menjemputku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Terbalas Tanpa Terkirim

“Kak Putri, aku…., ah tidak ah! Lupakan saja!” ucapku pada Kak Putri saat itu. Sebenarnya aku ingin memberitahu Kak Putri, sayangnya aku malu. Melihat tingkahku ini, dia hanya mengerutkan dahi tanpa meminta penjelasan lebih lanjut dariku.

Keesokan harinya, Kak Putri meng-hampiriku di kelas.
“Nisa, kemarin kamu mau bilang apa?”
“Soal….soal perasaanku.”
“Kalau begitu bilang saja!”
“Tapi… aku malu!”gurat merah jambu kurasakan terlukis halus di wajahku.
“Adikku yang manis, tidak usah malu. Kakak tahu kok…ikhwan itu anak sini juga, kan?”
“Darimana Kakak tahu?” suasana hening sejenak, “tapi…ini bukan salahku kalau aku mengaguminya, siapa suruh Kak Firman terlalu memukau.”
“Nah lho, sekarang Kakak tahu deh, ternyata yang bikin wajah adikku jadi pinky sweety begini Kak Firman toh.”
“Lo, bukannya Kakak sudah tahu?”
“Kakak memang tahu kalau kamu sedang terjangkit the pinky virus, jadi Kak Putri pancing saja. Eh, kebetulan umpan Kakak tepat, he...he....”

Perbincangan kami menjadi semakin seru. Seperti biasa pasti selalu ada ceramah yang muncul di tengah pembicaraanku dengan Kak Putri. Katanya, wajar kalau banyak akhwat yang mengagumi kesholehan Kak Firman, tapi yang penting itu sejauh mana posisinya dalam hati kita. Jangan terlalu istimewa, apalagi sampai mendominasi keranjang cinta yang jelas sudah pembagiannya.

Beberapa hari ini, aku terus merenungi kata-kata Kak Putri. Tapi, tanpa kusadari perasaan itu semakin dalam. Bahkan niatku untuk godhul bashor kini nyaris hilang tanpa jejak. Saat dia lewat, mata ini tak sanggup melirik yang lain hingga ia hilang dari pandangan.

Waktu terus berlalu dan membawa rasaku semakin jauh. Kadang bila aku mencoba memejamkan mata ini, bayangannya muncul walau hanya sekejap lalu hilang lagi. Tidak salah lagi, dia mirip penampakan di acara Uji Nyali, tapi bedanya dia merupakan penampakan yang muncul di hatiku dan………!!!!?

Akhirnya ide nekatku muncul juga. Aku memutuskan untuk memberitahu Kak Firman tentang perasaanku lewat secarik kertas surat berwarna pink yang bagian bawahnya tertulis kalimat”There is no more special place than in your heart. So, let me to be there!” Sepertinya kalimat itu telah merangkum semua isi hatiku. Tapi aku memberi sedikit tambahan untuk menambah kesan pada surat cintaku yang pertama ini.

Saat aku mencari amplop untuk suratku, aku menemukan sebuah buletin berwarna hijau. Buletin itu terbitan IKRAMULLA. Kupikir mungkin saja ada sesuatu yang membuatku lebih tahu tentang Kak Firman dan dunia rohisnya yang belum genap setahun kugeluti.

Benar juga dugaanku, aku menemukan sebuah artikel yang ditulis oleh Kak Firman.

“Pemuda-pemudi zaman sekarang, tidak ketinggalan berbagai peluang untuk jihad. Salah satunya adalah dengan memendam rasa “suka” pada seseorang. Apalagi budaya kiriman dari acara Katakan Cinta yang makin marak dilakukan oleh remaja-remaja zaman sekarang. Semakin besar godaan untuk mengutarakan rasa suka, semakin besar pahalanya jika bisa memendam rasa itu. Katakan cinta bukannya tidak boleh, tapi lihat tujuannya. Kalau tujuannya untuk melamar calon pasangan hidup, tentu saja boleh, bahkan sangat dianjurkan. Tapi kebanyakan yang dilakukan remaja sekarang, bertujuan untuk menjalin hubungan yang memang tidak diniatkan untuk pernikahan.”

Ups….

Hatiku bagaikan tersambar sesuatu yang rasanya lebih dahsyat dari sambaran petir. Meskipun aku belum pernah disambar petir, tapi ...... entahlah, itu cara hatiku mendefinisikan perasaanku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Husband Right vs. Wife’s Heart: Who Wants to Choose

Polygamy has been a very controversial subject. Polygamy is a custom of having more than one wife at the same time. One important aspect of controversy is weather a man should be permitted to do polygamy. Supporters claim that it is the part of the human right or even tends to husband right, while the opponents states the existence of true love in a family.

The proponent of polygamy stands on the right given by the religion, especially Moslem. They are allowed to have more than one wife as long as it is not more than four ones. However, there are some conditions where the man can do polygamy. The conditions are (1) not for lust, (2) fair. Not for lust means a marriage is not based on lust. The man does not marry the second wife – doing polygamy – because of the beauty of the woman. It should tend to save the woman. Fair refers to the way of expressing the husband’s love. Weather in maintenance’s division even to the loving care division. The supporters believe that if they can fulfil the conditions, they should be allowed to do polygamy.

However, the heart of the wife is still a sensitive part. One way to show the man that she loves him is by having him exclusively. The wife puts herself as the most important one for the husband. While bringing “the second love” means unrespectable of the woman’s love.

The other oppositional reason is that polygamy as psychical hardness. It will hurt the heart of the wife. Our country announces the protecting of the citizen by hindering from hardness in domestic, weather it is physical or psychical hardness. The wife can be stressed in her home. Actually, it is the kind of hardness that the government want to avoid.

Considering the reasons above, polygamy is a very hard thing to be done. It is allowing the release of love. The husband right has to face the wife’s heart. In addition, it will meet in a very difficult choice to be chosen.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SMS Ultah Terbaik Tahun 2008

NiLa…
Nama yG iNdAh..
NiLa…
Mgkn bG oRaNg wRna NiLa iT mSh tRaSa aSing..

Tp,itlah keistimewaan NiLa,LaNgka nMun sNgat beHaRga…

SartiKa..
Brmkna s’org wNiTa yG tNgGuH,biJak,nMuN pNuh dEdikasi&pHtiaN..
PuNya SmAngaT yG BsAr..

BnYak hRapan yg tUrut iKuT mRanTau bSmA kPrGianX
MnnTuT HaK SbGai mNuSia yG IngN mJd LbiH bAiK….
MruBaH tAkDiR yG kiAn MnMpaNya mJdi sOsOk Yg dHoRmAtI…

JadiLah NILA SARTIKA yg pNuH dGan SgLa kBaiKan,Jd t4 ygtDuH u/mNauUnGi Mnusia2 Yg MISKIN ciNta&kSh SyAnG..

MjDi sOrAng AKHWAT DAMBAAN SYURGA, YG DCEMBURUI OLEH BIDADARI KARNA KEANGGUNAN SIFATNYA..

HaPpy Bday hOnEy..

Sender:
Sri Rahayu Indah Samputri A.
11-Jan-2008
23:09:38
Di detik-detik pergantian label usia

“Ukhti… maaf jika selama ini saya sering mengabaikan hal-hal yang seharusnya tidak terabaikan… but trust me! I’ll never ever 4get u, coz you’re one of the best friends I have. Thanks a lot for everything.”
~Nila Sartika Achmadi~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sahabat dan Bintang di Langit

Sahabat dan Bintang di Langit
Seorang sahabat pernah berkata bahwa sahabat itu seperti bintang. Walau jauh, ia tetap bercahaya. Kadang ia tak nampak, namun sebenarnya dia selalu ada. Dia tak mungkin dimiliki, namun sulit untuk dilupakan.

Bagiku, sahabat adalah sebuah pilihan. Ketika kita memlilih untuk melalui segala hal sendirian, sahabat akan menjadi penopang saat kita rapuh dan tidak mampu bertahan sendirian. Dia akan menguatkan kita dengan doanya.

Saat kita memilih untuk melalui segala hal bersama, dia bukan orang yang tubuhnya akan selalu ada di samping kita, namun doanya terus mengikuti setiap langkah kita. Dia akan ada saat kita membutuhkan teman untuk berbagi, namun dia akan meninggalkan kita sendiri dalam waktu yang dia ingin kita habiskan untuk berkhalwat dengan Rabb semesta alam.

Ketika kita memilih jalan hidup yang berbeda, dia akan mengingatkan sebuah jalan yang harus selalu dilalui bersama, yaitu jalan dakwah, jalan jihad, yang akan mempertemukan kita di hari kemudian. Saat kita memilih jalan yang keliru, dia tidak akan diam. Dia akan menegur kita. Mungkin suatu saat tegurannya akan menyakitkan, tapi percaya, bahwa sedikitpun dia tidak ingin menyakiti hati sahabatnya. Bahkan dia akan menangis pilu jika mengetahui kita tidak lagi memilih jalan menuju surga Allah, sedangkan dia tidak bertindak apa-apa untuk mencegahnya.

Seorang sahabat tidak pernah menjadi manusia sempurna, karena begitulah adanya dia, sama seperti kita, manusia biasa. Namun, dia senantiasa menyempurnakan cintanya pada Allah sehingga cintanya pada makhluk Allah selalu berlandaskan cinta karena Allah.

Memang tidak seindah bintang di langit, karena cinta dalam hati seorang sahabat memancarkan cahaya sendiri yang jauh lebih cerah dari cahaya bintang. Cahaya itu merupakan cahaya iman yang terpancar untuk orang sekelilingnya, termasuk sahabatnya. Cahaya itu terpancar dari senyumannya saat melihat kebahagiaan kita, terpancar dari teduh pandangan yang ingin menenangkan kita di saat risau, bahkan terpancar dari kemarahannya saat kita mendekati larangan Allah dan menjauhi perintah-Nya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menjadi Akhwat Dambaan Surga

Menjadi Akhwat Dambaan Surga
Aku belajar darinya tentang cara menjaga diri. Dia adalah akhwat yang kukagumi dan kucintai karena Allah. Dia bertahan dalam situasi yang sulit bagiku untuk melaluinya sendiri. Mungkin baginya lebih baik sendiri tanpa gangguan atau bantuan dari orang lain. Dia berbagi saat semua telah berhasil dilaluinya, saat semua tinggal menjadi pelajaran. Dia berbagi bukan untuk membagi kesedihannya, tapi untuk menceritakan hikmah di balik semua yang telah dilaluinya SENDIRI. Suatu saat nanti, aku ingin perih yang kurasakan, cukup aku dan Rabbku yang tau. Atau bila ada yang harus kuberitahu, cukup kepada orang yang dipilih Allah untuk menjagaku.

Aku belajar darinya tentang cara menjaga diri. Dia tidak pernah membiarkan dirinya terbuai dalam angan dunia. Dia terjaga oleh jilbab yang terus tergontai anggun seiring setiap langkahnya yang penuh dzikir. Tubuh dan hatinya dibalut halus oleh pakaian taqwa sehingga tidak semua ikhwan berani mendekatinya. Dia memang mengeksklusifkan dirinya hanya untuk ikhwan shaleh pilihan Allah. Matanya terjaga dari pandangan yang menjadi anak panah iblis. Dia tetap bergaul dengan ikhwan, tapi seolah terpasang tegas batasan-batasan sehingga tidak ada daerah abu-abu antara boleh dan tidak.

Suatu saat aku ingin seperti dia. Aku tidak ingin mataku menjadi jalan merasuknya bisikan-bisikan iblis ke hatiku. Karena angan yang ditimbulkannya hanya membuat hatiku risau atas sesuatu yang bukan hakku.

Aku ingin menanti dalam naungan iman. Aku percaya bahwa suatu saat nanti Rabbku akan memberi jawaban atas semua yang kujalani dan yang pernah kujalani. Aku percaya Allah sedang mengajariku tentang hidup, tentang penghambaan abadi hanya untuk-Nya, dan tentang cinta yang berfokus pada-Nya. Mungkin sekarang aku bukan dia, orang yang kukagumi, tapi aku yakin, Allah mempertemukanku dengannya untuk belajar darinya. Aku tidak ingin disalahkan karena selama bersamanya tidak ada pelajaran yang kupetik.

Bila tiba saatnya, aku ingin menjadi diriku yang bisa mengantarku pada surga-Nya.

Bilakah itu? Besok? Lusa? Atau 1201?

Tahun lau seorang saudara padaku bertanya tentang harapanku di usia yang baru. Aku sendiri lupa jawabannya. Tapi kini aku punya satu harapan. Aku ingin menjadi akhwat dambaan surga yang dicemburui bidadari karena keanggunan sikapnya.

Hm… ya Allah… hanya kepadamu aku menyembah, dan hanya kepadamu aku memohon pertolongan. Tunjukilah aku jalan-Mu yang lurus, yaitu jalan orang yang Engkau berikan nikmat kepadanya, bukan jalan orang-orang yang kau murkai, bukan pula jalan mereka yang sesat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bertahan


Seharusnya aku tidak membiarkan perasaan ini membodohiku. Jelas-jelas iblis sedang mencoba untuk menjebakku sekali lagi. Ya Allah, susah untuk bertahan saat ini. Aku tidak berani mendefinisikan perasaanku, tapi sungguh sulit untuk bertahan.

Aku mencoba untuk mengalihkan perhatianku, namun, bukan perhatianku yang teralihkan, hanya rasa jengkel yang terklampiaskan tidak pada tempatnya. Ya Allah, jika bisa aku memilih.

Aku tidak ingin sebel pada apapun atau siapa pun. Tapi entah mengapa setiap aku ingin meredam semuanya, justru muncul berbagai hal yang membuatku seolah begitu rapuh.

Nila. Mungkin ini jalan terbaik yang Allah berikan padamu agar kau belajar. Bukan sekedar teori, namun Allah mengajarkanmu sesuatu yang lebih sulit dari yang kau bayangkan. Karena Allah sayang, makanya kau diuji. Karena Allah senantiasa melakukan seleksi bagi hamba-hamba Nya untuk menentukan siapa yang merupakan hamba sejati. Bila kau menyerah sekarang, nanti kau akan menyesal dan berkata, "Andai dulu aku...."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CINTA SAMBEL PETE’

Menelaah makna cinta, tidak akan cukup seluruh kata untuk mendeskripsikannya. Cinta tak henti-hentinya menjadi inspirasi dan menjadi alasan untuk bertahan, alasan untuk maju, dan alasan untuk mengalah. Mencintai adalah berkorban, mencintai adalah tertawa untuk orang lain meski dirimu sendiri tak sanggup untuk sekedar mengurai sepotong senyuman. Cinta adalah alasan mengapa bumi berputar, cinta adalah alasan mengapa bunga-bunga tetap bermekaran, cinta adalah alasan mengapa saat ini kita dapat bertemu melalui ukiran kertas yang menjadi jelmaan dari suara yang berbisik di hatiku.

Welcome to the world where you and me will gather. Together we explore the love.

Mau tahu tentang cinta? Tanyakan kepada ibumu, tanyakan kepada ayahmu mengapa engkau dilahirkan. Mungkin akan dijawab, “Karena cinta.” Hatinya bisa saja berkata hal yang sama atau...sebenarnya hati kecilnya berbisik, “Kecelakaan, Nak.” Kecelakaan atas nama cinta dan pemakluman atas nama cinta. Cintakah itu, atau dia adalah nafsu yang sedang memerankan tokoh cinta. Di panggung sandiwara mungkin dia berlabel cinta, namun sampai tiba di batas waktu, dia akan kembali menjadi dirinya sendiri. Nafsu.

Tanyakan lebih dari sekedar kelahiran, tanyakan tentang penciptaan. Mengapa ada aku dan kamu, mengapa moyang kita diciptakan. Ternyata bukan kau, bukan pula aku yang pertama kali menanyakan hal ini. Jibril pun menanyakan hal yang sama saat Allah hendak menciptakan moyang dari moyangku dan moyang dari moyangmu sebagai khalifah di muka bumi ini.

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan berbuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”

Allah menjawab,“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.”

Bila bertanya tentang cinta, maka inilah cinta. Karena Allah Ar Rahman Ar Rahim, diciptakanlah manusia lalu diajarkannya apa yang belum Allah ajarkan kepada hamba-hamba Nya sebelum manusia.

Namun, kuberitahukan kepadamu apa yang kuketahui, ingin kuhindari dan sedang kujauhi. Kesombongan. Rasa sombong adalah bentuk pengkhianatan cinta, penyelewengan atas anugrah yang diberikan kepadanya. Seperti iblis yang enggan bersujud untuk menghormati Adam lantaran rasa sombong yang menggrogoti jiwanya. Lalu hanya murka Allah baginya.

Ingat ketika dulu bapak moyang kita Adam a.s. memakan buah dari pohon yang Allah bahkan melarang untuk mendekatinya. Allah tetap menerima kesungguhan Nabi Adam yang menyesali kesalahannya. Allah menerima tobat Beliau. Tanyakan pada hatimu hal serupa yang kutanyakan pada hatiku. “Bukankah ini semua cerminan cinta sang Khaliq pada hamba-Nya?”

Cinta Allah bukan sekedar ampunan bagi siapa yang mau bertobat, namun bumi beserta isinya pun diamanahkan kepada kita untuk diolah, dikelola, dijadikan sumber kehidupan di dunia sebagai bekal di akhirat. Kurang apa lagi Allah mencintai kita, surga disediakan-Nya, jalan menuju surga ditunjukkan-Nya, neraka pun diciptakan-Nya agar kita condong kepada surga-Nya.
Kau...aku...kita tak perlu jadi pecinta yang hebat untuk memulai, tapi kita bisa memulai untuk menjadi pecinta yang hebat dengan menyadari segala nikmat yang Allah berikan yang harus kita syukuri dengan hati, lisan, dan perbuatan.

Belum cukupkah cinta Baginda Rasulullah saw. untuk menjadi teladan bagi kita? Allah memilih Beliau untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada seluruh uman manusia. Namun yang Beliau lakukan bukan hal yang mudah. Perjuangannya meletihkan, tapi beliau tidak mengeluh, justru Beliau tetap larut dalam perjuangan tanpa henti. Menurutmu apa yang membuat Beliau bertahan walau tersakiti? Semua karena cinta, cintanya pada Rabbnya dan cintanya pada umatnya.

Maukah kau mendengar kisah perjuangan cinta rasulullah? Kisah yang baru saja kubaca semalam, kisah yang selama ini kuabaikan karena terlena oleh dongeng Beauty And the Beast, kisah cinta Romeo dan Juliet, dan perjuangan cinta pangeran dalam kisah Sleeping Beauty. Ayolah...kau harus mendengar kisah ini. Aku tidak mau kita tidak bisa menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir di alam kubur kelak tentang siapa rasul kita. Cukup dengarkan kisah ini lalu ceritakan kepada saudara-saudaramu, anak-cucumu kelak, dan umat muslim di seluruh dunia. Jadikan ini sebagai pembangkit ghirah di saat engkau letih berjuang.

Pada usia 40 tahun, Muhammad saw. menerima pengangkatannya sebagai Rasul. Wahyu pertama yang diterimanya, membuat Beliau pulang ke rumah dengan gemetar. Untung saja istri Beliau yang begitu bijak menyelimuti dan menenangkan Beliau hingga Rasulullah saw. pun tertidur.

Waraqah, penganut agama Nasrani yang mempelajari Injil dan Taurat berkata kepada rasulullah,“Quddus, Quddus! Hai (Muhammad) anak saudaraku, itu adalah rahasia yang paling besar yang pernah diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Wahai kiranya aku dapat menjadi muda dan kuat, semoga aku masih hidup, dapat melihat ketika engkau diusir oleh kaummu.”

Nabi lalu bertanya, “Apakah mereka (kaumku) akan mengusir aku?”

Waraqah menjawab, “Ya, semua orang yang datang membawa seperti apa yang engkau bawa ini, mereka akan dimusuhi. Jikalau aku menjumpai hari dan waktu engkau dimusuhi itu, aku akan menolong engkau sekuat tenagaku.”

Meski mengetahui betapa berat rintangan yang sedang menanti perjuangan kerasulannya, Beliau tidak gentar. Bahkan, setelah cukup lama beliau menyebarkan Islam di Mekkah, paman Rasulullah saw. menyampaikan ancaman pemuka Quraisy pada Beliau bila tetap meneruskan dakwahnya. Menanggapi hal itu, Beliau berkata dengan tegas:

“Demi Allah wahai pamanku! Sekiranya mereka meletakkan matahari di sebelah kananku, bulan di sebelah kiriku, dengan maksud agar aku meninggalkan pekerjaan ini, meski aku akan binasa karenanya, aku tetap tidak akan meninggalkan pekerjaan ini.” Rasulullah pun berpaling dan menangis. Betapa teguh hati rasulullah untuk memperjuangkan agama Allah.

Pada tahun ke 5 kerasulannya, beliau harus menghijrahkan sahabat-sahabatnya karena Beliau tidak tahan melihat mereka terus disiksa oleh orang-orang Quraisy. Sedangkan Rasulullah saw. sendiri tetap berada di Mekkah untuk menyebarkan Islam kepada kaumnya.

Keluarga Rasulullah pun tak urung terhindar dari siksaan orang Quraisy. Keluarga Beliau yaitu Bani Hasyim dan Bani Muthalib yang membela Rasulullah sekuat tenaga akhirnya diboikot oleh pemuka Quraisy. Mereka memutuskan segala hubungan pernikahan, jual beli dan saling mengunjungi dengan Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Selama pemboikotan yang berlangsung sekitar dua tahun itu, Rasulullah saw. dan keluarganya menderita kemiskinan dan kesengsaraan.

Itu hanya sekelumit penderitaan yang dialami rasulullah saw. dalam menyebarkan agama Islam demi menunjukkan jalan kebenaran kepada kita semua. Belum lagi berbagai percobaan pembunuhan dan pengkhianatan kepada Nabi Muhammad saw oleh orang-orang kafir dan orang munafik. Namun pernahkah Rasulullah saw. mendoakan agar Allah menurunkan azab kepada mereka seperti yang ditimpakan pada umat Nabi Nuh atau Nabi Luth? Tidak. Rasulullah saw. justru terus mendoakan mereka agar mereka berpaling dari kesesatan.

Di akhir hayat rasulullah, Beliau menyebut-nyebut nama umatnya, “Umatku... umatku... umatku....” Kutanyakan padamu, tidakkah engkau merasakan getaran cinta Rasulullah saw. kepada umatnya, kepadaku, juga kepadamu? Saat Beliau merasakan sakitnya saat nyawa Beliau dicabut, lagi-lagi Beliau memikirkan nasib umatnya. “Bila aku saja merasakan sakit seperti ini saat nyawaku dicabut, apatah lagi bila nyawa umatku dicabut.” Seandainya bisa, Rasulullah saw. menginginkan cukup Beliau saja yang merasakan sakitnya sakaratul maut, biar rasa sakit seluruh umatnya ditanggungnya sendiri agar umatnya tidak merasakan sakit yang Beliau rasakan waktu itu. Bila Rasulullah saja, manusia termulia, kekasih Allah, senantiasa memikirkan kita, sudahkah kita menyediakan cinta untuk Beliau? Sudahkah kita bershalawat saat mendengar nama Beliau? Sudahkan kita menjalankan sunnah Beliau? Pedulikah kita pada apa yang Beliau katakan? Sedangkan Beliau sendiri menaruh rasa sayang, khawatir dan peduli pada kita, sedangkan kita manusia yang nista ini, pernahkan mempertimbangkan perasaan Beliau dalam bertindak? Maukah kita menjadi bagian dari kekecewaan Rasulullah?

Saudaraku... Rasulullah berjuang, sahabat berjuang, mengapa kita bisa punya alasan untuk tidak berjuang? Sedangkan cinta Beliau pada kita adalah cinta yang tak perlu disangsikan.

Saudaraku, kita ada karena cinta. Sekeliling kita ada karena cinta. Terlalu banyak yang telah diberikan cinta kepada kita. Maka persembahkanlah sesuatu untuk cinta.

Cinta itu bukan untuk dibiarkan bergitu saja, jangan diam tapi bergeraklah. Sebagai generasi muda Islam, kita harus memberi kontribusi dalam membangun peradaban. Tanyakan pada hatimu, apakah kau tidak malu bila agama Allah telah tersebar dan peradaban telah terbangun namun kita tidak ada andil di dalamnya?

Jalankan perananmu sebagai pelajar! Sejak engkau disekolahkan oleh ibu dan ayahmu, mereka selalu berdoa agar engkau meraih keberhasilan. Setiap langkahmu tak lepas dari doa mereka hingga nanti mereka terlelap di pembaringan terakhir dan tak mampu lagi menengadahkan tangannya untuk mendoakanmu. Pada setiap langkahmu dititipkan potongan-potongan harapan agar kau bisa menjadi yang terbaik. Saat kau lelah, kedua lengan hangatnya selalu siap untuk merangkulmu, menyediakan segala yang kau butuhkan meski mereka tak kalah lelah. Saat kau terpuruk dan tak ada seorangpun yang memandangmu, mereka selalu ada untuk berkata kaulah yang terbaik. Bila kau terjatuh, mereka akan menjadi orang pertama yang mengulurkan tangannya dan menjemputmu dengan secercah cahaya yang dikulum dalam senyumnya. Saat kecilmu kau bermain pisau, mereka akan menegurmu, bila kau tetap diam, mereka mungkin memarahimu atau bahkan akan melayangkan pukulan agar kau melepaskan pisau itu. Kau mungkin menangis dan marah dengan semua ini. Namun mereka tidak peduli dengan marahmu, karena mereka lebih peduli pada keselamatanmu, mereka sayang pada dirimu, karena mereka mencintaimu.

Apakah kau temukan alasan dari orang tua semacam itu untuk lalai dari tugasmu? Kau pelajar muda muslim. Tidak malukah engkau setelah semua yang mereka berikan, sedangkan engkau hanya duduk berpangku tangan, tidak peduli pada omongan dosenmu di kelas, terdiam saat kau kembali ke rumah, hingga kau tidak memperoleh manfaat dari perananmu sebagai pelajar? Tidakkah kau merasa bersalah atas setiap doa dan harapan yang dititipkan orang tuamu namun kau lalaikan? Tidakkah engkau merasa cinta pada mereka sehingga kau membiarkannya kecewa? Tidak takutkah kau bila ajal menjemput mereka sedangkan di akhir hayatnya mereka memperoleh kekecewaan atas kelalaianmu? Kuberitahukan padamu, bila kau saksikan ajal itu menjemput mereka di depan matamu sedangkan hal terakhir yang kau berikan pada mereka adalah kekecewaan, air mata akan mengalir dari kedua pangkal matamu. Tapi jangan kau remehkan air mata itu. Untuk menetes ke pipimu, dia akan membuat hatimu remuk dan menyesakkan dadamu. Namun bila kau tahan, itu justru akan lebih menyakitkanmu. Hatimu akan tersayat menjadi sobekan-sobekan kecil, tulang-tulangmu serasa kelu sehingga tanganmu tak dapat kau gerakkan meski sekedar untuk mengelus dada. Jangan katakan aku tidak memperingatkanmu tentang semua ini bila ternyata kelak kau temui kejadian serupa.

Jalankan peranmu sebagai seorang anak! Saat kau masih bayi, kau ditimang dan dinyanyikan lagu pengantar tidur. Mereka rela menjadi penyanyi walau bersuara sumbang, menjadi pelawak meski garing, demi melihat sepotong senyuman dari bibirmu dan gurat-gurat kebahagiaan di pipi mungilmu. Mereka rela kelaparan demi mengisi perutmu, rela menangguhkan keinginannya untuk memiliki pakaian baru meski pakaiannya telah usang demi memenuhi kebutuhanmu. Peluh-peluh menetes di tubuh mereka demi mengais rupiah untukmu. Meskipun lelah, mereka tetap berjuang. Getar-getar cinta yang memenuhi diri mereka yang membuatnya melakukan semua ini untukmu.

Apakah kau masih bisa menyia-nyiakan orang tuamu, enggan datang kepadanya ketika kau dipanggil? Lalu saat mereka tua, saat badannya tak mampu lagi digerakkan dan terpaksa buang air di tempat tidur, apakah engkau akan berpikir dua kali untuk merawatnya? Apakah kau akan takut tanganmu bau saat membersihkan kotorannya, sedangkan dulu mereka tidak pernah mengkhawatirkan yang demikian saat kau masih kecil? Mungkin kau bisa berkata tidak saat ini karena orang tuamu masih sanggup melakukannya sendiri. Tapi yang kuinginkan adalah pembuktianmu, mungkin 5-10 tahun lagi atau 10-20 tahun lagi. Sesungguhnya Allah yang menjadi saksi atas kata yang berbisik di hatimu.

Jalankan peranmu sebagai saudara dan sahabat! Rasulullah saw. bersabda bahwa tidak dikatakan sempurna iman seorang muslim sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Kutanyakan padamu tentang cinta pada saudaramu yang bersemayam atau mungkin tertidur lelap di hatimu sehingga ia hanya diam saat seharusnya kau bergerak untuk menyelamatkan saudaramu. Apa kau tinggal diam bila orang yang kau cintai berada di tepi jurang dan hampir terjatuh? Aku tidak tahu cinta yang seperti apa yang kau namakan cinta, namun bagiku cinta itu akan menggerakkanku untuk menarikanya dari tepi jurang. Meski harus kusakiti dia, yang jelas dia jauh dari tempat itu. Mungkin dia akan membenciku, namun aku yakin Allah kelak akan membuka matanya bahwa ini semua kulakukan karena aku mencintainya. Mungkin cinta itu tidak akan dia sadari di dunia, namun di akhirat kelak, semua pasti terbuka.

Bila mengaku cinta, mengapa tak kau tegur saudaramu saat melampaui batas? Mengapa sengaja kau lembut-lembutkan teguranmu padahal ia sebentar lagi jatuh ke jurang? Mengapa kau hanya diam? Itukah yang kau sebut cinta? Sebodoh itukah cinta? Selemah itukah cinta? Atau benar kecurigaanku, itu bukan cinta. Cinta untuk saudara yang Allah amanahkan kepada kita ternyata belum ada.

Cinta itu ibarat sambel pete’, dia pedas, bikin mulut bau, tapi bikin orang mau lagi. Ketika benar-benar mecintai, kita akan rela menegurnya walau berbuah kemarahan darinya, toh, itu memang demi kebaikannya. Kita pun akan menegurnya, memarahinya, atau kalau perlu memukulnya agar dia menjauh dari tepi jurang meskipun itu akan berbuah kebencian darinya. Ya, kau mungkin sakit hati atas kebenciannya, itulah rasa pedas yang akan kau temukan dalam cintamu. Karena kebenciannya padamu, mungkin dia akan menjauhimu seperti menjauhi orang yang habis makan pete’. Tapi semua itu tetap tidak akan merubah cintamu dan tidak pula mengurangi kekuatan cinta untuk terus menjauhkan orang yang kau cintai dari hal-hal yang bisa menjerumuskannya. Meski mungkin kau tak bisa lagi menegurnya atau memarahinya atas kesalahan yang dia perbuat, kau akan terus menyebut namanya dalam doa-doa malammu saat kau berkhalwat dengan Rabbmu.

Seorang sahabatku yang kucintai karena Allah dan peduli padaku karena Allah berkata, “Mungkin aku orang tebodoh di dunia yang setiap hari mengkhawatirkan teman-temannya, tapi dia sendiri tidak pernah dipikirkan oleh temannya kecuali hanya sedikit dari mereka. Apa yang harus kulakukan? Mana suaramu?”

Kukatakan dengan santai, “Tau arti cinta? Tau kesederhanaannya? Cinta itu merasakan tanpa minta dirasakan, memikirkan meski kita diabaikan. Bukankah cinta pada saudara-saudara memang amanah dari Allah? Mencintai karena Nya, peduli karena Nya, mendoakan karena Nya. Toh, balasan yang dijanjikan memang bukan dari saudara yang kita cintai tapi dari Dzat yang menganugerahkan cinta itu.”

“Aku tahu hal itu,” katanya, “Aku tidak berharap mendapat balasan untuk diriku sendiri. Aku hanya mau kita dan saudara-saudara yang lain saling memperhatikan.”

Akhirnya aku mengerti apa yang dia maksud. Dia merindukan cinta yang tak sekedar dideklarasikan atau hanya dirasakan. Dia menginginkan cinta yang punya pembuktian. Cinta yang punya kekuatan untuk membimbing orang yang dicintai menuju kebenaran. Cinta yang menyebabkan kita memperoleh naungan di hari kemudian saat tidak ada lagi naungan selain dari-Nya. Saat itu dipanggillah beberapa golongan untuk memperoleh naungan tersebut. Salah satunya adalah golongan orang yang saling mencintai karena Allah.

Cinta telah membawa kita sejauh ini. Cinta dari saudaramu telah membangunkanmu dari tidur panjang yang berujung kelalaian. Cinta dari orang tuamu telah hidupmu memiliki tujuan. Cinta dari rasulmu telah menunjukkanmu jalan menuju surga Rabbmu. Cinta dari Rabbmu telah memberikan semua yang kau butuhkan meski tak kau minta. Maka jadikanlah cinta itu alasan bagimu untuk maju.

Saudaraku, ini saatnya kau bertindak, jangan tinggal diam. Setelah semua ini, apakah kau masih punya alasan untuk tetap diam? Kecuali bila hatimu memang terbuat dari batu dan tidak ada tempat di dalamya untuk cinta. Saudaraku, bergeraklah, raih duniamu dan kumpulkan bekal untuk akhiratmu. Kelak kita harus menjadi muslim yang unggul tidak hanya secara kuantitas tapi juga kualitas.

Hal terakhir yang ingin kukatakan,
“Sampai jumpa di naungan Allah di hari kemudian. Di sana kita bersama bertasbih mengagungkan asma-Nya lantaran cinta tak bertepi yang dianugerahkan-Nya pada kita, lalu berterima kasih atas nama cinta Rasulullah saw., orang tua, dan saudara-saudara kita.”

“Selamat berjuang atas nama cinta.”

written by: Nila Sartika Achamdi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Babies' Brain Development

It is important to develop the brain of the baby as early as possible. Because an early development can give a better quality. There are some ways to make the baby’s brain grow faster.

Baby’s brain has the fastest growth when the baby is still in uterus. That’s why the baby needs healthy food in the greatest time development of baby’s life. Beside enough healthy food, mother has to stabilize her psychological. Because a bad condition of mother’s psychological influences the baby. While giving healthy food and keep mother’s psychological, a routine sport can also support the uterus environment.

ASI (Air Susu Ibu) or the original milk from the mother is the most important food since the baby came to the world. Based on researches, baby which gets ASI has more eating appetite. It means a bigger chance to support baby’s brain by food. Moreover, there are about 11 scientists proved that if baby got ASI, the baby would has a bigger chance to move a step forward. Because ASI consists of 400 nutrients which we cannot find in formula milk. For example, ASI has enough cholesterol for increasing brain’s development.

Music is also such a way to make the baby calm. Music is a brain stimulant for baby. The research showed us that the premature baby has a more developed brain when listening to the classic music. The scientists said that music can organize the neurons which are about creative thinking. According to the doctors, music has effect to make calm the listener. In addition, if the baby is calm, baby will have a bigger chance to learn.

In conclusion, those are the ways to develop baby’s brain. Because the earlier development can make a better quality for baby.

written by: Nila SArtika AChmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kerajaan XI IA 1

Written by:Nila Sartika Achmadi

Konon di sebuah masa, hiduplah kerajaan yang aman, damai, dan sejahtera. Rajanya adalah Baginda Jupridin yang doyan makan kacang. Hingga akhirnya dia memerintahkan Dewi Nila, salah seorang dari tujuh dewi yang sering turun kebumi saat ada pelangi, untuk menghidupkan kacang yang ada di kebunnya. Tapi, Dewi Nila salah kira, dia mengira bahwa kacang itu harus hidup layaknya manusia. Bekerjasama dengan sekuntum bunga Melati dan tumbuhan Muniran, Dewi Nila memohon kepada sang Pencipta untuk menghidupkan kacang itu. Lalu mereka membawanya kepada Baginda Jupridin. Beliau menjadi sangat tekejut, kacang yang hanya diharapkan tumbuh subur di kebun agar kerajaan bisa terlihat Asri-anti juga agar baginda bisa mudah makan kacang, Tenri Sannah-sanna kini menjadi seorang manusia.

Baginda Jupridin menjadi gusar. Sebuah pertanyaan terus menghantuinya ”Apakah ini tidak melanggar Norma adat dan menyalahi Fitrah?” Kemudian duet penasihat Yusuf bin Husain dan Farid bin Huzein mengusulkan untuk mengadakan rapat dengan seluruh warga di rumah keAgungan istana. Akhirnya mereka berIkram untuk memelihara jelmaan kacang itu dan sepakat bahwa hal itu bukanlah pelanggaran Norma dan Fitrah.

Pada hari Jumat-hir, Baginda Jupridin memberikan nama resmi kepada kacang itu. Namanya adalah…Achan’k. Baginda berpesan untuk senantiasa melakukan Amaliah-amaliah, tapi jangan sampai Ria!

Karena sangat sayang kepada Achan’k, Baginda menghadiahinya trio dayang andalan yang terdiri dari Irma, Rahma dan Wiwi, juga tiga orang penjaga bernama Erdi, Divar, dan Lutfi. Bahagianya Achan’k (^_^)! Bukan hanya itu, dia juga memperoleh tiket semalam di Musdalifah.

Sekarang, Achan’k beserta trio dayang andalan, dan tiga orang algojo berangkat ke Musdalifah. Di perjalanan, rombongan Achan’k menjadi sangat takjub, seekor anjing lucu dan seekor kucing manis terlihat begitu akrab. Mereka juga pandai berbicara, nama anjing itu adalah Shipo dog dan kucingnya bernama Uchi cat. Karena terlalu asyik, Achan’k tidak sadar bahwa seekor ular sedang mengincarnya, hingga ular itu mematuk langannya. Semua orang menjadi panik. Lalu seorang tabib sakti yang berasal dari celupan Ilahi lewat. Tabib itu bernama Sibghatullah. Dia memberinya Asy-Syifa yang sangat manjur.

Achan’k dan rombongan sudah merasa lapar. Bekal mereka pun sudah habis. Kemudian mereka singgah diwarung milik Erna dan Naima untuk makan dan membeli berbagai cemilan. Salah satu cemilan yang dia beli adalah kacang Sukri, yang rencananya akan dijadikan oleh-oleh untuk Baginda.

Setibanya di Musdalifah, Achan’k bertemu orang yang mengaku Malaikat Ri-wan yang ingi membawanya ke surga. Tetapi rombongan Achan’k ternyata diterbangkan menuju suatu kerajaan yang dikepalai oleh Raja Damang. Ternyata surga yang dimaksud adalah SMANSA Maros, he he he !!!!


This is a gift for my friends, just to remind that we ever be together in our class room, and I want to be forever in their heart

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

A COCKLE WITHOUT PEARL

Latterly, the influence of foreign culture grows bigger. It is caused by a larger coverage area of mass media, such as television, radio, etc. There is a faction whose goal is just to get profit. They are the capitalist who use the power of mass media to make a same appetite as a pop culture for the amenity of getting much profit.

In this case, teenagers become a delicious target. In their labile, teenagers trend to imitate. Because they have not got their spirit yet. They think, by following the pop culture they will be received in their own society. That’s why, they just become the copy-cat of pop culture’s icon

Many teenagers have no appreciation anymore to the culture. They are crazy about the pop culture. While there is no icon of it that can save the culture’s authority. They just make it worse. Because when they save the culture, the capitalist will not get a same appetite of the public and it will be more difficult to get profit. The teenagers do not want to know anymore that the heritage of their ancestor needs to be paid attention. The heritage is the culture. Whatever they say, the culture will be in the responsibility of each generation. Nevertheless, for the teenagers, the culture is going to be a conservatism which can bring them left behind.

In this globalization era, all of countries try to be the modern ones by making some changing in the society. Modern is defined as a threaten of western people’s developing, or imitate the technology, education, economical, and industry of western countries. However in the way, they get more than what they need. They are not only interested with the positive side of modernization, they prefer to the imitating of life style of western people, the clothes, how they talk, also the attitude. Actually it is more than a modernization, it is a westernization.
It causes many people do not recognize their culture anymore. The capitalist by mass media which is helped by globalization era, do an erasing process of the identity of Indonesian people. It means the erasing of Indonesian’s self esteem.

Actually, we have to try to love what we have. Because if we do not do that, we will have nothing. If so, we are not more than a lost amnesia child in the jungle. He has nothing, weather guide or his identity. We have to wake up, never stay in the dark of detached.

The culture is guide for the owner. It shows the way to do many things. If we see the cultures of Indonesia, we will be proud of our country. We have many cultures, because each ethnic has their own culture. The differences become a challenge to maintain the one heart of our country. It is the spirit of Bhinneka Tunggal Ika.
To prove that the culture can be a guide, it is an identity, and its is the symbol of Bhinneka Tunggal Ika, here will be an example of the culture of Buginess and Makassarness ethnic in South Sulawesy.

The culture of Buginess and Makassarness is consist of custom in the society. The custom is based to five fundamental aspects of pangaderreng (custom and manners). It is concluded in ASBIRAWA ( Ade’, Sara, Bicara, Rampang, and Wari).
Ade’ is part of pangaderreng which is consist of ade’ akkalabinengeng and ade’ tana. Ade’ akkalabinengeng is norm about marriage, method of clan, rights and obligations, and domestics ethics. Ade’ tana is a norm about governance. Construction and observation of the execution of ade’ is done by several custom functionaries, such as: pakatenni ade’, pampawa ade’,and parewa ade’.

The second is Sara. It is a part of pangaderreng which is based to Islam.
Next is Bicara. It is about activities and concepts prestiptive law and justice. It is different with just speak or talk. It is about delivering speech regarding the prestiptive law.

Then about Rampang. It is a propos to poem and analogy. As a part of pangaderreng, rampang keeps the certainly and the continuity of an oral decision. It also makes some analogies of cases and what the government should decide.
The last is Wari (indeeling in standen), it is the part of pangaderreng which is used to classify many things related to the human’s life.

Those are the aspects which describe the mind of Buginess and Makassarness. Those makes identity, prestige and self esteem for the ethnic. It is bore a new concept namely siri’. For the Buginess and Makassarness, there is three marriage which are included to the ideal ones.

First, assiialang marola. This is the marriage with cousins of first degree. The cousin of first degree is child of our parent’s brother or sister.
Second, assialanna memang, it is a marriage with cousins of second degree. The second degree is the cousin which is the child of our parent’s cousin of first degree. Third, ripadeppe mabelae, it is a marriage with cousins of third degree. The third degree cousin is the child of our parent’s second degree cousin.
Those all the ideal marriages. Other than it, the ideal marriage is not obligation, therefore many people get marriage not with their cousins.

The people have opportunity to choose woman for their marriage. But they may not get marriage with their parents, their brothers or sisters, son and daughter in law, parents in law, uncle and aunt, nephews and nieces, grand parents, and grand children.

The marriage with those people is called salimara’ (forbidden) marriage.
The Buginess and Makassarness have a customing house and customing clothes. The house of Buginess and Makassarness is included of three parts. Kelle balla is a part of the house which is used to welcome visitors, living room, bed room, and kitchen. Pammakkang is used to keep heirloom. And the last is passiringang, it is used to keep the farming tools.

The bigger, the more beautiful and the more perfect facilities in the house describe the higher of the nobility. For example lompo, it is a big house for the noble, while balla is a house for general citizen.

The Buginess and Makassarness have a customary clothes named baju bodo, it is a sarong with bright color and the motif is squares. The color are usually red, pink, blue, and green.
The custom and manner is a guide for the people to show them what should be done. It is also such an identity, because the culture describes it. Indonesia have many different cultures. For example the traditional dances; turtor dance from Batakness, piring dance from Minangkabauness, jaipong dance from Sundaness, reog dance from Javaness. The differences is such a symbol of Bhinneka Tunggal Ika.
We have to develop the national culture, therefore the identity of our country will not be erased. Because we are the new generation which should keep the culture from ancestor.

National culture is for developing of national culture insight in all sides in our life. It also has a goal to strengthen the personality and self esteem of our country and to be the reason to be proud of our country.
In developing the national culture we need ability to increase the value of national culture and we have to be ready to make a filter from the foreign culture. Because not all of things from foreign can give positive effect in our life.
To develop the national culture, it is needed to make the society understand of the importance of the culture. So that the society can be proud of what they have. And step by step they can love the culture because of the pride. It is such a way to everlasting the culture. We also need to avoid the feudalism. It is a system which glorify the capitalist. While the capitalist is a creature which can erase the national identity also the self esteem of Indonesian people.
Actually the pride of the national culture is not enough to save the national culture itself. The using of Indonesian language is needed to be increased. Because Indonesian language is used as the symbol of national pride, the symbol national identity, and the connector of each side of the country.
Indonesian language may not become a guest in its own home. For example, in the label of food, the foreign language become he first one, and Indonesian is only as a translator. Indonesian language is lack of their right and their position as a host.

We cannot close our eyes that we do need to be able to have capability in foreign language. Because it is such a connector with other countries. But the position in our country may not be higher than our own language.
Those the way to be proud of our culture, to be proud of our identity and to everlasting the culture. We may not be a cockle without pearl. The cockle will prefer when they have a pearl to be wanted. It is not more than a food when it does not produce pearl.

Indonesian people is not more than a cockle without pearl when they forge their culture. Like that cockle which can be eaten only; the Indonesian people just become target of reaching a big profit by the capitalist. They have nothing to be brought and say that it is mine.
You are just a cockle without pearl when forgetting your culture.

written by: Nila Sartika Achmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dear Ayoe

Tersembunyi sosok pilu di balik mega
merangkul haru tetes-tetes cinta

Jantungku berdebar kencang
saat tersibak sesaat tirainya
Nafasku tersentak
kala menggema
deru nafasnya

Gadis kecil berbaju ungu
Menarik manja ujung jilbaku

Jantungku berdebar
Nafasku terhentak
Kuterperanjat

Dia terkulai layu
Menatap sayu
Merengek padaku
“Jangan tinggalkan aku!”

Februari 07
by: Nila Sartika Achmadi

"puisi ini kutujukan untuk saudaraku Ayoe cute, kubuat beberapa saat sebelum kita berpisah"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kaukah itu?

Mentari bertahta di junjunganku
Gagah, penuh kharisma
Kaukah itu?
Mesi tak Kau jawab
Kutau itu bukan Kau
Rambulan hinggap sejenak di dadaku
Putih...dan kian suci
Kaukah itu?
Mesi tak Kau katakan
Kusadar itu bukan Kau
Lantas siapa?
Di mana Dia yang kucari?

Cintaku tak kunjung terjawab
bila tak kutemukan yang kucinta
Pujaku tak jua berarti
bila tak tahu kutujukan siapa

Bukan mentari
Bukan pula rembulan
Lantas siapa?

Mungkin Dia yang kucinta
Ada di balik mentari dan rembulan
Mungkin Dia yang kupuja
Memang seniman ulung yang merangkai bulan dan matahari

written by: Nila Sartika Achmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pa Citak
(Pacaran Ala Cinta Kodok)

written by: Nila Sartika Achmadi
“Masa-masa remaja memang saat terheboh sepanjang usia kita.”
Setidaknya itulah yang terpikir olehku kini di usiaku yang akan menginjak sweet seventeen. Uh, kapan sweet seventeen itu datang? Tiap hari kutanyakan itu pada hatiku. Namun kuhibur diriku dengan berkata, “Ini memang bukan sweet seventeen, but it’s my nice sixteen,” sambil kuputar badanku di depan kaca dan senyum-senyum sendiri. Sweet seventeen, nice sixteen, uh, dari tadi Bahasa Inggris terus, ya. Tapi begitulah, namanya juga era globalisasi, asal sudah bisa pake bahasa Bule’, semuanya keren, deh. Memangnya mau dibilang big baby kalau tidak tahu Bahasa Inggris? Oh, no.
Kalau berbicara soal remaja, yang terpikir pastinya adalah pemberontakannya, ribuan pertanyaaannya, perdebatan, persahabatan, hingga percintaan. Kompleks, itulah masa remaja. Aku memang tertarik waktu Papa bilang bahwa masa remaja adalah puncak pemberontakan manusia sebagai seorang anak, sebagai bagian dari masyarakat, juga sebagai hamba Tuhannya. Aku juga senang mendengar Mama bercerita tentang persahabatan tanpa akhir—meski kadang jadi sok solider—yang dilaluinya saat masih remaja dulu. Namun aku lebih girang ketika diam-diam Papa dan Mama curhat padaku tentang cintanya di masa muda. He…he…hitung-hitung pengalaman, siapa tahu bisa jadi pelajaran.
Pokoknya, mereka seolah kembali muda saat bercerita tentang masa remaja mereka. Masa pacaran yang gila, juga sakitnya saat mereka patah hati. Wess..., “ngiris,” katanya.
Duk...duk..., duk..duk.... Bumm, yee... welcome to my sweet seventeen. Jarum jam menunjukkan pukul 12/1 (pukul 12 lewat 1 detik) tanggal 12/1 (tanggal 12 bulan Januari¬).
Akhirnya aku tiba juga di usia 17 tahun. Usia yang sangat kutunggu-tunggu, boleh jadi juga hal yang sangat dinantikan oleh remaja-remaja lain. Yah, ini tidak lebih dari sekedar keinginan seorang remaja untuk memperoleh kebebasan. Karena asumsi masyarakat bahwa usia 17 tahun adalah masa awal remaja untuk mampu menimbang baik buruknya sesuatu. Jadi, orang tua tidak perlu terlalu khawatir—setidaknya itu yang ada di pikiran kebanyakan remaja, mungkin termasuk aku. Jadi ingat lagunya Melly Goeslaw,
“Bebaskan aku oh, Mama
kuingin coba semua
hidupku tak berarti tanpa
mencoba semua.”
(soundtrack film Eiffel...I’m in Love)
Hal yang wajar jika remaja menginginkan sebuah ruangan bermerk kebebasan. Bayangkan saja, sejak kecil mereka berada di bawah pengawasan orang tua 24 jam sehari, 7 hari seminggu, pokoknya, everytime and everywhere lah. Tapi, kebebasan bukan berarti liar, bukan berarti hidup tanpa aturan, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung—kata-kata ini dikutip saat mama lagi ngomel.
Malah remaja dan cintanya adalah hal paling unik, dan tak henti-hentinya mengisi ruang teristimewa di galeri masa remaja. Bagiku sendiri, cinta adalah kata termanis, meski mungkin hiperbolis kalau kukatakan tak tertandingi. He...he....
Ngomong soal cinta, ada berbagai kisah yang dapat kita kutip. Di Indonesia, ada kasih tak sampainya Siti Nurbaya-Samsul Bahri. Di negeri Tirai Bambu, ada kisahnya Sampek-Engtay. Ada lagi kisah Layla-Majnun, dan yang paling laris adalah cerita tentang Romeo-Juliet yang mati konyol atas nama cinta, he...he....
Setiap makhluk bernyawa pasti merasakan yang namanya cinta. Seorang pembunuh bayaran saja—populer dengan sebutan Hit Man—bisa merasakan getar-getar cinta, apalagi orang-orang yang bahkan tidak mampu membunuh seekor kecoa —nyindir nih, ye.
Tapi mungin, sekarang telah terjadi evolusi cara pengekspresian cinta dari zaman kakek-nenek dulu sampai zaman sekarang. Ada adaptasi, seleksi alam, dan mutasi—ayo, pasti ada yang teringat buku Biologinya, kan. Orang-orang dulu mengekspresikan cintanya dengan cara yang lugu—bukan lucu dan guriting (^_^)—penuh etika, kalem—eh...eh... bukan kayak lembu (“,)—juga penuh pertimbangan norma. Pokoknya, keep my finger for them, lah.
Namun, dengan batasan tersebut, mereka masih dapat menikmati yang namanya fese romantis. Perasaan yang tertata membuat mereka terlihat lebih anggun dalam pengekspresiannya.
Meski demikian, aku merasa sangat susah untuk menjadi anggun seperti mereka. Jatuh cinta saja, entah sudah yang keberapa kali, padahal aku baru kelas XI SMA. He...he.... Tapi kalau ditanya apa definisi cinta, aku sendiri susah menjawabnya. Buka kamus, yuk!
Berdasarkan kamus umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS. Poerwadarminta, arti cinta itu ada 4. Kalau kita lihat di kamus Oxford, arti cinta lebih kompleks lagi. Untuk cinta yang digolangkan sebagai noun (kata benda), ada sekitar 6 definisi, sedangkan untuk kata cinta yang tergolong verb (kata kerja) ada 3 definisi. Uh...entahlah, cinta memang memusingkan, bahkan Ti Pat Kay punya pepatah sendiri tentang cinta. “Cinta, deritanya tiada pernah berakhir.”
Tapi, yang membuat aku bertanya-tanya, mengapa rasa cinta itu berpindah-pindah. Mengapa aku tidak hanya mencintai satu orang lak-laki saja, lalu biarlah cintaku untuk dia saja, sampai kumenutup mata—kayak lagunya Acha.
Entah, aku ini orangnya bagaimana, tapi kadang aku melakukan sesuatu yang tidak jelas juntrungannya. Ini dia salah satunya.
Pacaran. Hayo...siapa yang lagi pacaran ? Ah, aku tidak nyindir orang lain, kok. Hm.... Pacar itu batang inai sebangsa Leswonia. Biasanya dipakai sebagai pemerah kuku. Warnanya merah bata, habis itu lama-lama hilang, kalau mau pakai lagi.
Mungkin itu analoginya. Pacaran adalah sebuah warna bagi jalan hidup kita. Suatu saat nanti kalau hilang atau bosan, bisa diganti “pacar” baru.
Ya, mungkin begitulah nasib orang-orang yang pacaran—aku, kamu, dan mereka. Cinta atau tidak saja belum jelas, eh, mau jalin hubungan. Belum lagi, cintanya lompat sana-sini. Kayak kodok saja. Bisa dibayangngkan bagaimana jadinya kalau kodok pakai pacar. Rasanya tidak jauh beda dengan manusia yang pacaran.
Kodok pakai pacar, lompatnya ke sana ke mari dengan kuku merah bata—kodok punya kuku tidak, ya?—sedangkan manusia yang pacaran, cintanya berpindah-pindah, pacarnya juga berganti-ganti.
Uakh... tidak... mana mungkin kusamakan diriku dengan kodok.
Ya, iyalah. Kodok yang lompat-lompat, tidak butuh aturan, kan, kalau masih perawan atau perjaka, lompatnya ke arah sini, yang sudah nikah, lompatnya ke sana. Sama saja dengan pacaran, ikatannya tidak jelas, aturannya tidak ada.
Tapi, ini bisa jadi jalan untuk mengenal lebih jauh calon pasangan hidupku.
Ce...ile.... Memangnya kamu kalau pacaran tidak pernah pakai jaim—jaga imej—ya? Pasti ada saja, hal yang kamu sembunyikan, kalau bukan untuk kelihatan sempurna di hadapan doi, setidaknya biar kamu tidak kelihatan hancur-hancur amat.
Tapi, kami kan, saling cinta, wajarlah kalau kami pacaran.
Uh... cintanya kok, diagung-agungkan. Lagian, perasaan kamu untuk sekarang ini, masih cinta kodok. Tidak ada ikatan, tidak jelas tujuannya, lompat-lompat lagi. Ini sih, pacaran ala cinta kodok.
“Hai kaum Hawa, pacaran itu sarat dengan berbagai pelecehan. Mulai dari pelecehan fisik, sampai denga pelecehan psikis. Pelecehan fisik, misalnya yang sampai fisiknya “digerayangi” sama manusia yang dianggapnya pacar. Pemerkosaan atas nama cinta juga tidak jarang terjadi. Maklumlah, perempuan itu hatinya gampang luluh, jadi ya...gitu deh. Kalau pelecehan psikis misalnya tidak PD, munculnya rasa takut kehilangan (possesive), ketergantungan, bahkan tidak merdeka dalam mengambil keputusan.”
“Hai kaum Adam, tidak malukah kalian, mempermainkan makhluk yang berasal dari golongan ibu kalian—bahasanya kayak titah raja. Seharusnya kalian menjaga para perempuan, mengayomi mereka, bukan malah sebaliknya. Jika mereka terbawa nafsu, seharusnya kalian bisa meluruskannya, bukan malah membuatnya semakin salah arah. Kalian kan, lebih bisa mengesampingkan perasaan dan mendahulukan logika, secara fisik kalian juga lebih baik. Tapi mana tanggung jawab kalian. Payah.”
“Dasar, kodok-kodok muda.” Mama terlihat mengakhiri latihan pidatonya sambil tertawa cekikikan di depan cermin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS