Terbalas Tanpa Terkirim

“Kak Putri, aku…., ah tidak ah! Lupakan saja!” ucapku pada Kak Putri saat itu. Sebenarnya aku ingin memberitahu Kak Putri, sayangnya aku malu. Melihat tingkahku ini, dia hanya mengerutkan dahi tanpa meminta penjelasan lebih lanjut dariku.

Keesokan harinya, Kak Putri meng-hampiriku di kelas.
“Nisa, kemarin kamu mau bilang apa?”
“Soal….soal perasaanku.”
“Kalau begitu bilang saja!”
“Tapi… aku malu!”gurat merah jambu kurasakan terlukis halus di wajahku.
“Adikku yang manis, tidak usah malu. Kakak tahu kok…ikhwan itu anak sini juga, kan?”
“Darimana Kakak tahu?” suasana hening sejenak, “tapi…ini bukan salahku kalau aku mengaguminya, siapa suruh Kak Firman terlalu memukau.”
“Nah lho, sekarang Kakak tahu deh, ternyata yang bikin wajah adikku jadi pinky sweety begini Kak Firman toh.”
“Lo, bukannya Kakak sudah tahu?”
“Kakak memang tahu kalau kamu sedang terjangkit the pinky virus, jadi Kak Putri pancing saja. Eh, kebetulan umpan Kakak tepat, he...he....”

Perbincangan kami menjadi semakin seru. Seperti biasa pasti selalu ada ceramah yang muncul di tengah pembicaraanku dengan Kak Putri. Katanya, wajar kalau banyak akhwat yang mengagumi kesholehan Kak Firman, tapi yang penting itu sejauh mana posisinya dalam hati kita. Jangan terlalu istimewa, apalagi sampai mendominasi keranjang cinta yang jelas sudah pembagiannya.

Beberapa hari ini, aku terus merenungi kata-kata Kak Putri. Tapi, tanpa kusadari perasaan itu semakin dalam. Bahkan niatku untuk godhul bashor kini nyaris hilang tanpa jejak. Saat dia lewat, mata ini tak sanggup melirik yang lain hingga ia hilang dari pandangan.

Waktu terus berlalu dan membawa rasaku semakin jauh. Kadang bila aku mencoba memejamkan mata ini, bayangannya muncul walau hanya sekejap lalu hilang lagi. Tidak salah lagi, dia mirip penampakan di acara Uji Nyali, tapi bedanya dia merupakan penampakan yang muncul di hatiku dan………!!!!?

Akhirnya ide nekatku muncul juga. Aku memutuskan untuk memberitahu Kak Firman tentang perasaanku lewat secarik kertas surat berwarna pink yang bagian bawahnya tertulis kalimat”There is no more special place than in your heart. So, let me to be there!” Sepertinya kalimat itu telah merangkum semua isi hatiku. Tapi aku memberi sedikit tambahan untuk menambah kesan pada surat cintaku yang pertama ini.

Saat aku mencari amplop untuk suratku, aku menemukan sebuah buletin berwarna hijau. Buletin itu terbitan IKRAMULLA. Kupikir mungkin saja ada sesuatu yang membuatku lebih tahu tentang Kak Firman dan dunia rohisnya yang belum genap setahun kugeluti.

Benar juga dugaanku, aku menemukan sebuah artikel yang ditulis oleh Kak Firman.

“Pemuda-pemudi zaman sekarang, tidak ketinggalan berbagai peluang untuk jihad. Salah satunya adalah dengan memendam rasa “suka” pada seseorang. Apalagi budaya kiriman dari acara Katakan Cinta yang makin marak dilakukan oleh remaja-remaja zaman sekarang. Semakin besar godaan untuk mengutarakan rasa suka, semakin besar pahalanya jika bisa memendam rasa itu. Katakan cinta bukannya tidak boleh, tapi lihat tujuannya. Kalau tujuannya untuk melamar calon pasangan hidup, tentu saja boleh, bahkan sangat dianjurkan. Tapi kebanyakan yang dilakukan remaja sekarang, bertujuan untuk menjalin hubungan yang memang tidak diniatkan untuk pernikahan.”

Ups….

Hatiku bagaikan tersambar sesuatu yang rasanya lebih dahsyat dari sambaran petir. Meskipun aku belum pernah disambar petir, tapi ...... entahlah, itu cara hatiku mendefinisikan perasaanku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment