Untuk Sahabatku

Malam ini pukul 12.24, dini hari tepatnya, dan aku belum tidur. Kusempatkan menulis sesuatu, ada pesan yang ingin kusampaikan.

Untuk sahabatku. Mungkin aku tak layak lagi dikatakan seorang sahabat. Bila kulihat diriku seperti sekarang, sosok inilah yang kubenci dari seorang teman. Kawan, entah setan apa yang merasukiku hingga aku menjadi seperti ini.

Untuk sahabatku yang kini telah jauh. Catatan ini kualamatkan untuk dua orang sahabatku, dan mungkin mengarah pada sahabat-sahabatku yang lain.

Untuk sahabatku yang pertama:
Entah sudah berapa lama kita tidak berjumpa. Pun, ketika kita berjumpa, kita sama sekali tidak seperti dulu lagi. Mungkin kesibukan atau ego yang menghalangi diri ini untuk memulai menyapa dan bersua seperti dulu. Terakhir waktu kukirim sms, aku lupa aku bilang kangen atau tidak. Tapi sebelum kirim sms itu, aku lagi denger lagu nasyid, dan tiba-tiba keinget waktu kita masih sering sama-sama dulu. Aku sering nginap di kostan kamu, dengerin nasyid, bahkan kita lagi nginap bareng waktu aku dapet berita kalo Pak Syahrir udah gak ada. Di lemariku masih ada replika motor yang kubelikan untuk mu dari Jogja, mungkin tahun 2008/2009 yang lalu, hanya saja aku kurang pandai memberi hadiah untuk sahabat, hingga belum pernah kutemukan waktu yang pas untuk memberikannya padamu hingga hubungan kita jadi renggang. Akan kusimpan lalu kuberikan sebelum kita berpisah nanti, insya Allah.

Untuk sahabatku yang kedua. Maafkan aku karena tidak bisa menjadi sahabat yang perhatian. Aku mencintaimu dan tetap ingin menjadi sahabatmu seperti dulu. Hanya saja egoku enggan melepasku untuk memulai pembicaraan. Kini kita hanya bertegur sapa seperti dua orang yang baru kenal. Aku ingin menyempatkan waktu untuk berbicara meluruskan semuanya, tapi egoku melarang. Aku benar-benar kalah oleh egoku. Ukhti, mungkin suatu saat hatiku akan berani untuk memulai lagi. Tapi sebelum waktu itu tiba, ketahuilah, aku tetap mencintaimu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Making Poached Egg

Kemarin, aku makan siang pake Indomie telor (such a pocket friendly food). Ina, my roommate, tiba-tiba dengan hebohnya bilang, "Nila, gasnya abis." What?? Aku kan, udah beli telor buat melengkapi indomie gorengku. Jiah, mau makan apa lagi kalo gak ada gas? Males keluar (telor aja dibeliin Ina).

"Tapi coba sendiri deh, kali aja kalo sama kamu, kompornya mau nyala," Ina bilang lagi. Sebenarnya, iini gasnya abis atau kompor gasnya yang kumat lagi? Bingung. Tapi aku agak curiga gitu deh, Ina kan, sering ngisengin biar aku gerak, gak nongkrong di atas kasur mulu. Tapi yah, gak ada salahnya nyobain, kali aja bener.

Pas ke dapur, udah ada panci di atas kompor yang 100% nyala plus air yang lagi direbuh. Dasar, beneran Ina ngejebak (in a good way). Akhirnya Ina ngambilin mangkok, mie, telor dan sendok buat masak.

Sebenarnya kemarin aku sempet bikin poached egg--telur rebus, tapi isinya doang yang direbus, pas pertama bikin, bentuknya lumayan bagus, bulet mulus gitu. Udah yakin sama pengalaman pertama, bikin lagi yang kedua kalinya, tapi hasilnya gak sesuai harapan. Telornya sih, kerebus, setengah mateng pula, hanya saja bentuknya gak mulus, putihnya berantakan, gak lengket di kuningnya.

Kemarin aku coba untuk yang ketiga kalinya. Sebenarnya cara bikinnya aku liat di youtube, terus dapet tambahan pengetahuan dari film Julia and Julie. Harusnya, air direbus pake garam dan cuka, karena lupa ngasih garam, jadinya airnya cuman pake cuka, but it was fine. Pas airnya udah mulai mendidih, airnya diaduk, tapi jangan terlalu kencang, dan ingat, searah, misalnya ngaduknya sesuai arah jarum jam, membentuk lingkaran, ikuti terus arah itu. Pas bikin telur yang kedua, kayaknya ngaduknya kekencengan deh, makanya putihnya berantakan. Gimana ngukur itu kekencengan atau gak? Pake hati dan practice makes perfect.

Setelah diaduk, langsung masukin telor. Nah, ini tips dari Julie, aduk telur dua atau tiga kali (kalo ga salah, hihiii), lalu tunggu sampe setengah mateng. Sesekali cek bagian bawah telur agar gak lengket di panci. Ciri-ciri telor udah siap diangkat, adalah kalo telornya udah MULAI melayang, gak nempel di bawah panci. Idealnya, pas telor diangkat, langsung masukin ke air dingin biar tetep seger, tapi karena gak ada air dingin, kemarin aku langsung naro di atas mie goreng aja.

Ups, awalnya aku sama Ina agak kecewa gitu deh, soalnya telurnya masih belom mulus kayak yang diharapkan. Pas dia ngambil telor dari panci, pake sendok plastik yang gede buat sayur, entah mengapa, feelingku berkata, bagian atasnya emang jelek, tapi kayaknya bagian bawahnya nggak deh. Akhirnya aku memegang sendok berisi telor, sendoknya dengan yakin, tapi lembut, dibalik pas naro telurnya di atas piring, biar yang keliatan di atas adalah bagian bawah telornya. Dan yah, bagian bawahnya cukup mulus. Inilah hasilnya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Omurice ala Nila

Akhirnya aku memutuskan untuk mempraktekkan video yang aku liat di youtube (salah satunya doang). It was Omurice. Omurice adalah makanan Jepang yang kalo gak salah, artinya nasi ayam. Aku udah mulai suka dan pengen makan makanan ini sejak nonton Lunch Queen. Ngeliat cewenya makan Omurice bikin ngiler. Sayangnya bikin demiglace sausnya susah.

Okay, here we go. Omurice ala Nila.

Waktu itu lagi mau makan siang (kalo gak, sarapan yang digabung sekalian makan siang). Ina, temen kamarku, lagi shaum. Inspirasi ini kuperoleh dari kamar mandi (I was taking a bath while fantasizing about making an omurice. LOL). Entah Ina udah dapet ilmu dari Mama L*ren atau gimana, tiba-tiba dia tau kalo aku mau bikin omurice.

Tapi masalahnya, aku gak punya ayam. Akhirnya ke warung pengkolan beli telor dua biji dan satu sosis. Omurice yang awalnya adalah nasi ayam berhasil kupermak jadi nasi sosis ala anak kostan--minim ongkos. Okay, aku mulai iris bawang merah beberapa siung, dilanjutkan dengan nge-geprek beberapa siung bawang puting (maaf ya, lupa jumlahnya--short term memory chef wanna be). Gak lupa, sosis dipotong-potong, jangan sampe ketebelan, biar keliatan banyak.

Alrite. Panaskan minyak secukupnya. Begitu minyaknya lumayan panas, turunkan bawang merah dan bawang putih, tunggu hingga wangi.. Mmm.. yumm.. Setelah wangi, turunkan sosis, dan goreng hingga berwarna agak kecoklatan (pokoknya kira-kira aja deh, kalo waktu itu aku pake Sozzis, jadi suka-suka deh). Kemudian masukkan kecap Inggris, aduk beberapa saat, lalu masukkan nasi, sepiring aja, itu pun jangan banyak-banyak, yang kira-kira muat buat dimasukin dalam telor. Penggunaan kecap Inggris bukan karena alasan ilmiah, tapi kebetulan aja ada itu di dapur. Tambahkan garam dan lada hitam secukupnya, plus penyedap rasa, dikit aja. You guys, can create your own fried rice.

Sekarang bikin telurnya. Kalo kemarin aku bikin sih, telurnya pas dicoba enak, tapi pas dimakan sama nasinya, agak asin, walaupun masih acceptable dan gak ngalahin tekstur telurnya yang masih lembut. Kocok lepas dua butir telur, tambah garam secukupnya. Nah, selanjutnya, panaskan teflon dengan minyak atau margarin, lalu masukkan telur saat munyaknya udah panas. Biarkan beberapa detik, agar bagian bawah telur mulai keras, tapi bagian atasnya belum mateng. Abis itu, masukin deh, nasinya. Tapi cuman setengahnya telor, terus matiin deh, komporya. gulung bagian telur yang gak ada nasinya, trus sisi yang berlawanan (walaupun ada nasinya) juga agak digulung. Tenang, ini keliatan susah dan berpotensi mess up, tapi jangan khawatir. Caranya, kalo kamu gak kidal, geser telornya ke sisi kiri teflon. Megang gagang teflon dari bawah, jangan dari atas. Lalu Tempelkan bibir piring pada bibir teflon (mudah-mudahan definisi bibir kita sama yak). Dengan cepat, sigap, namun tidak tergesa-gesa, balik teflon ke atas piring biar omuricenya mendarat di piring. Dan yaaaahhh.. jadilah omurice, tinggal hias pake saos atau kecap. Jadinya makan nasi goreng sosis sama telur yang teksturnya masih lembut dan wanginya.. mm... subhanallah.. Just try at home.

Anyway, gambar yang aku lampirin bukan my omurice, soalnya waktu itu kelaperan, keburu dimakan omuricenya..

Enjoy

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

A Tiramisu Project


Okay, this is new to me as well as my blog. I'm gonna talk about cooking. Yeah, some people know me as a girl which cannot cook. But now I just started learning how to cook. The first recipe that made me interested was tiramisu. It is a great Italian dessert, that from a movie I found out it means the Gods' food.

Again, from a movie (Julia and Julie) I saw how women can cook even if you not a professional and saw Julie wrote a blog as the result of her cooking based on Julia's recipes. Now I have many recipes to make in my mind, but I just dont have a guts to cook them, such as tiramisu, tuna melt cheese (that I will change to chicken melt cheese), or chicken pizza. In addition, I dont have any oven in Bandung, so I decided to cook them in Maros. One obstacle is my Mom. She usually criticizes me whenever I cook anything, like I was wrong, I should do this, bla.. bla... But me, I just want another experience, may be I'll make mistakes but at least I'll learn from them.

However, I got an idea. I will cook while my Mom away home. She is a teacher, and I'll make some food when she teaches. Later we will see whether or not she will like what I'll cook. I got a plan to start it with tiramisu. I watched the tiramisu making videos on youtube many times. I even played the same videos for more than once, just to make sure I understand. I also write down the recipe as it's easier for me to understand. Some ingredients like lady fingers and the kind of cheese (which I wrote but I dont remember) will be replaced by anything I can find in my hometown. God, please help me.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Just A Morning Revelation


Don't you do this... do this instead... bla... bla...

May be you, guys know who the person(s) that may talk to you like that. They could be your boy friend, your best friends, your secret enemies, or your parents. Right now somehow I wanna talk about the last person, parent, Mom.

Last night before falling asleep, I was just upset to my Mom. I'm not gonna tell the detail, but the part I didn't like is when she was nag and said that nobody cares about her. It was not a long sentence and not suppose to make upset, but I was. And as always, I never said a word even if I thought she was wrong, I didn't wanna insult her, even if I felt that I was completely right.

I thought I was guilty for doing nothing. But that made me guilty indeed. It was not me who committed "the crime", but I should be a part of a preventive action. I kept saying that just being me was enough for her, but it wasn't. I did the best to make her proud, it was good, but not the best. I should be with her to educate my siblings, which I thought was not really my responsibility. I educated them, but apparently not well enough.

However, raising children, teenagers, is not easy, especially if you do it alone. But she does survive. May be she was not trying to blame me like I assumed, she's just trying to say that she was exhausted doing it all alone.

I am a kind of person who's not easily say "I love you" to my parents. It's even more difficult to say it in Bahasa, I don't know why. I just want her to know that I'm here also trying my best. It's not that I don't care, I just don't know how to show it. Being a good obedient girl was enough, but now I need to be a good sister to be a better daughter.

On the Bed,
February 5th 2011
09.52 am

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS