PRIORITAS ILMU ATAS AMAL


"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya....." (Q.S. Al-Israa'; 17:36)

Diantara pemberian prioritas yang dibenarkan oleh agama adalah prioritas ilmu atas amal. Ilmu didahulukan atas amal karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi arah amal yang akan dilakukan. Ilmu mendahului perkataan dan perbuatan, kedua hal itu tidak dianggap shahih kecuali dengan ilmu; sehingga ilmu itu didahulukan atas keduanga. Ilmulah yang membenarkan niat dan perbuatan.

Ilmu yang pertama kali mesti dikuasai adalah ilmu tauhid, sebagaimana firman Allah :
"Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu ........" (Q.S. Muhammad; 47:19)

Oleh karena itu Rasulullah saw pertama-tama memerintahkan umatnya untuk menguasai ilmu tahuid baru kemudian memohonkan ampunan yang merupakan amal perbuatan. Jadi, umat muslim mesti memiliki ilmu pengetahuan tentang tauhid sebelum memohon ampun. Memiliki pengetahuan tentang kebesaran Allah sebelum beribadah kepada-Nya. Sesungguhnya ilmu pengetahuanlah yang menyebabkan rasa takut kepada Allah dan kemudian mendorong manusia kepada amal perbuatan. Apabila seorang muslim sudah mengenal dan paham tentang agamanya, maka dia akan beramal dan tidak hanya sekedar beramal.... tetapi amalan yang dilakukan dengan baik..!!

Dalil lainnya adalah dalil tentang perintah berjihad
"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (Q.S. At-Taubah; 9:41)

Berjihad , baik itu dengan harta maupun jiwa, adalah hal yang baik jika mengetahuinya. Jika kita memiliki ilmunya.

Dalil yang menunjukkan kebenaran tindakan kita mendahulukan ilmu atas amal ialah bahwa ayat yang diturunkan pertama kali adalah : "Bacalah", baru kemudian diturunkan ayat yang berhubungan dengan kerja yaitu surat al-Muddatstsir

1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. Dan Tuhanmu agungkanlah!
4. Dan pakaianmu bersihkanlah,
5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (Q.S. Al-Muddatstsir; 74:1-5)

Kita pun mengetahui kunci ilmu pengetahuan adalah membaca, dan dari sejarah diturunkannya surat Al-Alaq baru kemudian Al-Muddatstsir tersebut maka sesungguhnya ilmu pengetahuan mesti didahulukan atas amal perbuatan. Ilmu pengetahuan mampu membedakan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk, mana yang halal dan haram, mana yang wajib dan sunah, mana akhlak terpuji dan yang bukan. Oleh karena itu, tanpa ilmu pengetahuan maka kita akan kehilangan arah dan melakukan tindakan yang tidak karuan.
Benarlah apa yang pernah diucapkan oleh Umar bin Abdul Aziz: "Barangsiapa melakukan suatu pekerjaan tanpa ilmu pengetahuan tentang itu, maka apa yang dia rusak lebih banyak daripada apa yang dia perbaiki."

Hal sehari-hari yang mungkin ada adalah berpuasa siang hingga malam, atau sholat Subuh agar terlihat lebih baik maka dilakukan 4 rakaat ??

Keadaan seperti ini tampak jelas pada sebagian kaum muslimin yang tidak kurang semangat beragamanya, keikhlasannya dan juga ketakwaannya, tetapi mereka tidak membekali diri dengan ilmu pengetahuan, dan pemahaman yang benar.

Seperti itulah keadaan kaum Khawarij yang memerangi Ali bin Abu Thalib r.a. Kaum Khawarij menghalalkan darahnya dan darah kaum Muslimin yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mereka, kaum Khawarij, merupakan kelanjutan dari orang-orang yang pernah menentang pembagian harta rampasan perang yang dilakukan Rasulullah saw. Mereka menentang karena pembagian harta lebih banyak kepada orang-orang yang baru masuk Islam daripada yang telah lama masuk Islam. Mereka berkata dengan kasar : "Berbuat adillah engkau ini!" Maka Rasul bersabda, "Celaka engkau! Siapa lagi yang adil apabila aku tidak bertindak adil.Kalau aku tidak adil, maka engkau akan sia-sia dan merugi."
Orang yang mengucapkan perkataan itu sama sekali tidak memahami siasat Rasulullah untuk melunakkan hati orang-orang yang baru masuk Islam dengan memberikan bagian harta yang lebih banyak. Allah SWT memberikan hak kepada Rasulullah untuk mengatur shodaqoh yang diberikan oleh kaum muslimin, begitu juga dengan harta rampasan perang.


Sesungguhnya kesalahan fatal yang dilakukan oleh mereka bukanlah terletak pada perasaan dan niat mereka, tetapi lebih berada pada akal pikiran dan pemahaman mereka.

Oleh karena itu niat yang benar dan semangat yang tinggi tidaklah cukup untuk memperbaiki, tetapi diperlukan juga ilmunya, agar apa-apa yang kita lakukan sesuai dengan tujuan awalnya yaitu memperbaik. Tidak lupa juga hal yang sebaliknya yaitu janganlah merasa cukup hanya dengan memiliki ilmu, tetapi juga dibutuhkan tindakan-tindakan dan amalan-amalan nyata setelah berilmu.

Amal tanpa ilmu, buta.... Ilmu tanpa amal, pincang...

Wallahu'alam bishshawab. Yang benar datangnya dari Allah sedangkan hal-hal yang salah datangnya dari saya pribadi. Mohon maaf atas segala kesalahan. Diakhir kesempatan ini marilah kita berdoa agar kita menjadi orang yang dapat berkontribusi terhadap perbaikan, menjadi orang yang berilmu dengan amalan-amalan nyata.


Kita memohon kepada Allah kita bersatu padu dalam beramal dan tidak tercerai berai.

ditulis oleh: Kartari Dini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ILMU AMALIAH DAN AMAL ILMIAH


Ilmu merupakan pijakan dalam beramal, sebagai landasan berbuat dan mengarahkan perbuatan ke arah kebaikan. Dengan ilmu kita mengetahui segalanya. Seorang bijak pernah berkata, "Ilmu tanpa amal; cacat. Dan, amal tanpa ilmu; buta." Maaf kalau perkataan orang bijak ini salah redaksi. Atau, ada istilah bangsa Arab yang tak pernah luput dari ingatan kita, "Al-'ilmu bilaa 'amalin, kasy-syajari bilaa tsamar". Terjemahan bahasa Indonesianya lebih kurang seperti ini: "Ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon tak berbuah. Hati-hati, ini bukan hadits, melainkan pepatah alias 'ibarah. Makanya, jika berdakwah, pakailah dalil sesuai sumbernya. Jangan pepatah dianggap hadits.

Singkatnya, ilmu harus aplikatif. Pengetahuan yang kita peroleh harus aplikatif. Benar ya, ilmu itu harus aplikatif. Ilmu harus amaliah. Sebaliknya, beribu-ribu amal yang kita lakukan tidak akan berbuah apa-apa melainkan kelelahan. Apa maksudnya? 'Amal yang dalam bahasa Indonesia berarti perbuatan, tidak hanya mengerahkan segenap jiwa raga dan otot, namun akal pun berperan.


Andaikata kita shalat fardlu tanpa wudlu, ya mungkin karena tidak tahu ilmunya, lantas kita shalat ber-rakaat-rakat hingga badan pegal-pegal. Apakah akan berbuah pahala? Tentunya tidak. Manusia pembelajar selalu melakukan segala pekerjaannya didasarkan pada ilmu yang ia peroleh. Amal merupakan konsekuensi dari ilmu. Untuk itu, setiap ilmu harus aplikatif, dan setiap amal harus ilmiah. Ilmu harus profesional, dan profesionalisme harus ilmiah!

Sufyan Ats-Tsauri berkata : "Ilmu itu dipelajari agar dengannya seseorang bisa bertakwa kepada Allah" (Al-Hilyah : 6/362).

Maka tujuan dari mempelajari ilmu adalah untuk beramal dengannya dan bersungguh-sunggguh dalam menerapkannya. Dan ini terdapat pada orang-orang yang berakal, yang dikehendaki Allah Ta'ala bagi mereka kebaikan hidup di dunia dan akhirat.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abi Barzah Al Aslami, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamKedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya dalam hal apa ia habiskan, tentang ilmunya dalam hal apa ia kerjakan dengannya, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya dalam hal apa ia gunakan". Dalam riwayat Thabrani dan Al-Bazzar dengan lafadz : "... dan tentang ilmunya apa yang diamalkannya dari ilmu tersebut".bersabda : "

Abu Darda radhiyallohu anhu berkata : "Engkau tidak akan menjadi alim sampai engkau berilmu, dan engkau dengan ilmu tadi tidak akan menjadi alim sampai engkau mengamalkannya".

Abu Darda radhiyallohu anhu juga berkata : "Sesungguhnya hal pertama yang akan ditanyakan Robbku di hari kiamat yang paling aku takuti adalah tatkala Dia berkata : ‘Engkau telah berilmu, maka apa yang telah kamu amalkan dari ilmumu itu?".

Abu Hurairoh radhiyallohu anhu berkata : "Perumpamaan ilmu yang tidak diamalkan bagaikan harta simpanan yang tidak dinfakkan di jalan Alloh Ta'ala".

Az-Zuhri berkata : "Orang-orang tidak akan menerima ucapan seorang alim yang tidak beramal, dan tidak pula orang beramal yang tidak berilmu".

Abu Qilabah berkata : "Jika Alloh menjadikanmu berilmu maka jadikanlah ilmu itu sebagai ibadah kepada Alloh, dan janganlah kamu hanya berorientasi untuk menyampaikannya kepada orang lain (tanpa mengamalkannya)".

Abdullah bin Al Mu'taz berkata : "Ilmu seorang munafiq pada lidahnya, sedang ilmu seorang mukmin pada amalannya".

Amal adalah pendorong untuk tetap menjaga dan memperkokoh ilmu dalam sanubari para penuntut ilmu, dan ketiadaan amal merupakan pendorong hilangnya ilmu dan mewariskan kelupaan. Asy Sya'bi berkata : "Kami dahulu meminta bantuan dalam mencari hadits dengan berpuasa, dan kami dahulu meminta bantuan untuk menghapal hadits dengan mengamalkannya".

As Sulamiy berkata : "Telah memberi kabar kepada kami dari orang-orang yang mengajari Al-Qur'an kepada kami, bahwa mereka (para shahabat Nabi) dahulu belajar Al-Qur'an dari Nabi shollallohu alaihi wa sallam dimana mereka apabila mempelajari sepuluh ayat mereka tidak akan beranjak ke ayat berikutnya sampai mereka mengamalkan kandungannya".

Sesungguhnya orang yang bodoh kelak di hari kiamat akan ditanya kenapa ia tidak belajar (mencari ilmu), sedangkan orang yang berilmu akan ditanya apa yang telah diamalkan dengan ilmunya. Jika ia meninggalkan amal, maka ilmunya akan berbalik menjadi hujjah bagi dirinya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : "Pada hari kiamat nanti, seseorang akan digiring kemudian dilemparkan ke dalam api neraka sampai isi perutnya terburai keluar. Kemudian penghuni neraka bertanya kepadanya : ‘Bukankah kamu dahulu menyerukan kebajikan dan melarang kemungkaran?' Ia menjawab : ‘Saya dahulu menganjurkan kebaikan tapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang kemungkaran tapi saya sendiri mengerjakannya'."(HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda : "Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia dan melupakan dirinya, seperti lilin yang menerangi manusia tetapi membakar dirinya sendiri". (HR. Thabrani).

Yahya bin Muadz Ar Razi berkata : "Orang miskin pada hari kiamat adalah orang yang ilmunya berbalik menjadi hujjah baginya, ucapannya berbalik menjadi musuhnya, dan pemahamannya yang mematahkan udzurnya".

Ibnul Jauzi berkata : "Orang yang benar-benar sangat patut dikasihani adalah orang yang menyia-nyiakan umurnya dalam suatu ilmu yang tidak ia amalkan, sehingga ia kehilangan kesenangan dunia dan kebaikan akhirat, kemudian dia ketika hari kiamat dalam datang dalam keadaan bangkrut dengan kuatnya hujjah atas dirinya".

Ditulis oleh: Kartari Dini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pra Nikah 1: di Jalan Dakwah Aku Menikah


Ada tiga golongan yang pasti dibela oleh Allah swt. Golongan tersebut adalah mujahid fi sabilillah, budak yang ingin memerdekakan dirinya, dan orang yang menikah dengan tujuan untuk menjaga kehormatannya. Pada tulisan kali ini, kita akan membahas poin yang ke tiga.

Pernikahan hanya dilakukan pada satu dari dua jalan. Jika bukan pernikahan di jalan dakwah, maka pernikahan di jalan syahwat.

Pernihakan di jalan dakwah itu tidak pernah kuno. Sejak zaman Rasul saw, sampa zaman sekarang, pernikahan di jalan dakwahlah yang terbaik. Pernikahan itu dihiasi dengan ilmu (ilmu pra nikah akan dibahas di tulisan selanjutnya), dan penuh keyakinan, keyakinan pada Allah dan jalan yang ditempuh oleh rasulnya. Bila pernikahan dilangsungkan di jalan Allah, maka yakinlah besok perolongan Allah akan datang.

Jalan dakwah adalah jalan kedisiplinan dan keistiqamahan. Tolak ukur pertama sebelum memilih pasangan tidak lain adalah agamanya. Pilihlah karena agamanya, maka insya Allah berkah. Untuk memperoleh calon yang baik, maka binalah diri mulai dari sekarang.

Jalan dakwah adalah keteladanan. Kita harus siap menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat dan teladan bagi anak-anak kelak.

Jalan dakwah penuh kebersahajaan. Bukan mereka yang menjadi konglomerat, bukan pula yang melarat. Pernikahan dan kehidupan setelahnya tidak menghambur-hamburkan uang. Walau kaya atau miskin, hidup senantiasa bersahaja.

Jalan dakwah bukan jalan menuju pemenuhan syahwat, melainkan jalan menuju ridho Illahi. Pernikahan adalah setengah dari agama. Pernikahan menghilangkan penyakit sosial, menumbuhkan kedewasaan dan kepedulian, dan dengan pernikahan, seseorang akan merasakan bagaimana kepayahan orang tuanya dulu untuk membesarkannya. Pernikahan di jalan dakwah akan membangun generasi yang Rabbani.

Setelah menikah, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk meminimalisasi cekcok.

  1. Pilihlah pasangan yang beragama. Karena dia akan mencintaimu apa adanya.
  2. Ingatlah khutbah pernikahan. Nasihat pernikahan hendaknya diingat terus, bukan hanya formalitas resepsi.
  3. Carilah lingkungan orang-orang yang mengajak kepada ridho Allah.
  4. Perkaya fikrah.
  5. Jagalah biduk rumah tangga dengan mengingat tujuan awal pernikahan.
Yang terakhir adalah tentang poligami. Poligami adalah kebutuhan dakwah, bukan keinginan. Kebutuhan dakwah datangnya dari Allah, sedangkan keinginan datangnya dari syahwat.

Diresume oleh: Nila Sartika Achmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Saat Munculnya Penyesalan pada Hari Kiamat


Sesungguhnya setiap makhluk hidup –apakah itu manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan– memiliki tanda-tanda dari akhir kesudahan hidupnya di dunia. Tanda-tanda dekatnya kematian manusia adalah rambut beruban, tua, sakit, lemah. Begitu juga halnya dengan hewan, hampir sama dengan manusia. Sedangkan tumbuhan warna menguning, kering, jatuh, lalu hancur. Demikian juga alam semesta, memiliki tanda-tanda akhir masanya seperti kehancuran dan kerusakan.Saa’ah asalnya adalah sebagian malam atau siang. Dikatakan juga: Saa’at segala sesuatu berarti waktunya hilang dan habis. Dari makna ini, maka saa’ah atau kiamat mengandung dua macam, yaitu : Saa’ah khusus bagi setiap makhluk, seperti tanaman binatang dan manusia ketika mati; dan bagi sebuah umat jika datang ajalnya. Itu semua dikatakan telah datang saatnya. Saa’ah umum bagi dunia secara keseluruhan ketika ditiup sangkakala, maka hancurlah segala yang di langit dan di bumi. (http://newyorkermen.multiply.com/journal/item/144)

Ada beberapa waktu di mana manusia akan mengalami penyesalan, namun saat itu, penyesalah tidak ada gunanya lagi.

Saat terjadinya kiamat kecil. Kiamat kecil lebih dikenal dengan kematian. Bahkan Fir'aun pun hendak betobat saat kematian menjemputnya. Namun, sudah tidak ada waktu lagi. Ketika nyawanya akan dicabut, barulah dia mengakui Allah. Begitu banyak waktu yang disediakan selama hidup di dunia, namun tak sedikit pun dari waktu itu yang digunakan untuk melakukan kewajibannya yaitu beribadah kepada Rabb nya. Saat nyawa mulai dicabut, digambarkan tempat pemberhentian selanjutnya, penyesalan akan terjadi karena waktu yang dia-siakan.

Ada pula nanti waktu dimana manusia hanya bisa menggigit jari. Dalam Al Qur'an Surah Al Furqan:27 -29 Allah berfirman:

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama rasul." Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan tiu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.


Orang-orang yang salah memilih teman di hari kemudian dia diterlantarkan oleh temannya.

Ketika amal perbuatan diperlihatkan, ketika diberi kitab yang menuliskan tentang amal-amalnya, mereka pura-pura lupa. Ketika disiksa, barulah mereka ingat. dalam Surah An Naba disebutkan penyesalan orang-orang kafir: "Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: 'Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah'."

Q.S. Al Kahfi: 49
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun."

Selanjutnya, saat muncul penyesalan dari manusia adalah ketika neraka dilantangkan. Leher neraka mencari tiga macam orang, yaitu mereka yang menjadikan tuhan selain Allah, mereka yang sombong dan bandel, dan mereka para penggambar.

Q.S Al Fajr: 23 -24
"dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahannam; dan apda hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini."

Setelah itu, penyesalan pun akan menggrogoti manusia ketika berdiri di neraka. Disebutkan oleh Allah dalam Al Qur'an Surah Al An'am ayat 27.

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman," (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).

Dan penyesalan selanjutnya pun akan dirasakan ketika dilempar ke dalam api neraka.

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andai kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul."

Maukah kita menjadi bagian dari penyesalan itu??

diresume oleh: Nila Sartika Achmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Amal Jama'i


Amal jama'i dapat didefinisikan sebagai "gerakan bersama untuk mencapai tujuan organisasi berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan".

Ciri-ciri amal jama'i adalah:

  1. Aktivitasnya berdasarkan keputusan bersama
  2. Mempunyai sistem organisasi lengkap, aktivitasnya rapi dan tersusun
  3. Tidakan dan aktivitasnya sesuai dengan pendekatan yang disepakati
  4. Seluruh aktivitasnya bertujuan untuk mencapai cita-cita organisasi
Amal jama'i adalah bagian penting dalam amalan manusia sehari-hari. Ini merupakan kebutuhan. Lihat saja tubuh kita yang bekerja sama untuk melakukan aktivitas. Contohnya saja saat makan. Mulut tidak pernah bekerja sendiri untuk mengambil makanan, mengunyah, mengalirkan manfaatnya ke seluruh tubuh, lalu membuang sendiri sisanya. Tangan membantu mengambil makanan. Di dalam mulut, lidah membantuh gigi untuk meratakan kunyahan, begitu seterusnya.

Maka dari itu, amal jama'i merupakan fitrah seluruh alam. Tidak ada yang mampu berdiri sendiri, semua orang memerlukan orang lain untuk menjadi bagian dalam misinya.

Amal jama'i juga merupakan kewajiban syari'at. Dalam Al Qur'an surah Ali Imran Allah berfirman, "Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai ...." Allah mengisyaratkan bahwa manusia hendaknya selalu bersatu. Bukan kebersamaan secara fisik yang membuat manusia bersatu walaupun kebersamaan fisik akan lebih mudah menyatukan ide dan mengembangkan strategi. Melalui amal jama'i, kita dapat bersama-sama menggapai ridho Allah, dengan menjadi satu kesatuan yang kokoh dan saling mengikat. Dengan demikian susupan iblis yang senantiasa menggoda dapat diminimalisasi karena banyak yang akan mengingatkan sebelum kita melangkah lebih jauh pada jalan yang salah. Manusia telah diamanahkan untuk mengemban misi dakwah. Misi dakwah bukan hal yang mudah dilakukan sendiri. Adanya amal jama'i membuat beban akan semakin ringan.

Selain itu, sekarang kejahatan telah terorganisir. Ali bin Abi Thalib berkata bahwa kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir. Sekarang iblis semakin canggih menggoda. Mereka memilih manusia-manusia canggih yang mampu meramu berbagai macam strategi yang ampuh untuk menaklukkan umat Muslim. Bila kita bergerak sendiri, mudah bagi "mereka" menghancurkan kita satu per satu. Di dalam amal jama'i kita saling menguatkan untuk mencapai tujuan dakwah.

Amal jama'i dapat lebih menjaga iman seseorang. Dengan beramal bersama, kita pun dapat memperoleh pahala yang lebih besar, misalnya pahala shalat jama'ah, serta dapat mencegah kefuturan.

diresume oleh: Nila Sartika Achmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS