• Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tujuan-Tujuan Tarbiyah Bagi Akhwat Muslimah


Pengertian Tarbiyah
Dari segi bahasa tarbiyah islamiyah bermakna: Rabba-yarbu (tumbuh berkembang), rabbiya-yarba (tumbuh secara alami), rabba-yarabbu (memperbaiki, meningkatkan). Sedangkan secara istilah Tarbiyah Islamiyah adalah memperbaiki sesuatu, menjaga serta memeliharanya.

Tarbiyaah memiliki pengertian cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (dengan kata-kata) ataupun secara tidak langsung (dengan keteladanan) untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.
Tarbiyah Islamiyah berarti proses mempersiapkan orang dengan persiapan yang menyenuh seluruh aspek kehidupan meliputi jasmani, ruhani, dan akal pikiran. Demikian juga dengan kehidupan duniawinya, dengan segenap aspek hubungan dan kemaslahatan yang mengikatnya, dan kehidupan akhirat dengan segala amal yang sihisabnya yang membuat Allah ridha atau murka.

Jadi secara ringkas tarbiyah islamiyah adalah proses penyiapan manusia yang saleh, yakni agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan tindakannya secara keseluruhan. Keseimbangan potensi yang dimaksud adalah hendaknya jangan sampai kemunculan potensi menyebabkan lenyapnya potensi yang lain atau suatu potensi sengaja dimandulkan agar muncul potensi yang lain.

Juga keseimbangan antara potensi ruhani, jasmani, dan akal pikiran, keseimbangan antara kebutuhan primer dan sekundernya, antara cita-cita dan realitasnya, antara jiwa ambisi pribadi dan jiwa kebersamaannya, antara keyakinan kepada alam ghaib dan keyakinan pada alam kasat mata, keseimbangan antara makan, minum, pakaian, dan tempat tinggalnya, tanpa adanya sikap berlebih-lebihan si satu sisi dan pengabaian di sisi yang lain. Benar-benar keseimbangan yang mengantarkan pada sikap yang adil dalam segala hal.
(http://harokah.blogspot.com/2005/12/urgensi-tarbiyah-islamiyah.html)

Bagi akhwat muslimah, tarbiyah memiliki beberapa tujuan khusus.

Bagi individu
Bagi individu seorang muslimah,tarbiyah membantunya dalam proses pembentukan kepribadian muslimah integral. Muslimah integral adalah muslimah yang melaksanakan tugas-tugasnya sebagai muslimah dan berlaku seperti muslimah. Untuk meraih sosok muslimah integral tidak bisa dilakukan hanya dengan berpangku tangan dan menanti perubahan diri. Muslimah dituntut untuk menuntut ilmu dan tarbiyah tentu saja merupakan salah satu sarana untuk memperoleh ilmu.

Selain itu, tarbiyah juga membentuk kepribadian seorang da'iah. Da'i/da'iah adalah mereka yang melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. Pembentukan kepribadian da'iah tentu saja melalui ilmu yang diperoleh dalam tarbiyah dan juga melalui keteladanan yang kita peroleh dari lingkungan tarbiyah itu sendiri. Pembagian tugas sebagai moderator, pemberi tausyiah, dan kegiatan lain yang biasanya menjadi rangkaian tarbiyah pekanan kita, misalnya, akan menjadi sebuah pelatihan dan ajang meraih pengalaman bagi seorang muslimah. Ala bisa karena biasa. Suatu saat tentunya kita insya Allah akan menjadi seorang murabbiyah dan pengalaman berbicara dalam forum akan menjadi salah satu bekal kita.

Tarbiyah tidak hanya melulu mengenai pembahasan materi, tapi kadang juga diisi dengan keterampilan praktis, misalnya memasak, menyulam, da sebagainya. Insya Allah para muslimah akan diperkaya dengan ilmu akhirat dan ilmu dunia.

Bagi Keluarga
Semua orang pasti bermimpi, berharap, dan berusaha... untuk memperoleh pasangan hidup yang terbaik. Seorang muslimah berharap bisa mendapatkan suami yang baik (walaupun definisi baik itu berbeda-beda). Ada yang berharap dapat suami yang pas-pasan aja... (pas butuh duit ada, pas pengen shopping bisa), ada juga yang berharap dapat suami yang miskin... (miskin hasrat untuk selingkuh, miskin hasrat untuk memarahi). Nah, di tarbiyah ini, muslimah dipertemukan dalam satu persepsi bahwa suami yang baik itu adalah seorang muslim yang medukung dakwah.

Dengan pasangan yang mendukung dakwahnya, mereka akan membentuk keluarga yang dipenuhi dengan bimbingan Islam dan terlibat dalam amal islami. Bukan hanya dalam keluarga yang terbentuk setelah pernikahan, tapi juga di lingkungan orang tua dan saudara-saudara.

Bagi Masyarakat
Setelah terjun ke masyarakat, para muslimah diharapkan mampu menumbuhkan kepekaan hati dan jiwanya dengan senantiasa berempati.

Tarbiyah menyiapkan muslimah sebagai sumber daya menusia yang berkualitas sebagai calon akhwat yang berperan dalam peradaban. Ketika kualitas sumber daya manusia kurang, maka peradaban pun tidak akan memenuhi kualitas yang diinginkan. Muslimah juga sebagai seorang pendidik bagi anak-anaknya yang merupakan calon penerus peradaban merupakan salah satu kunci kualitas SDM. Karena peran yang sangat penting ini, muslimah harus tampil sebagai sosok yang berkualitas.

Semua muslimah merupakan pemimpin karena tiap-tiap orang adalah pemimpin. Seorang muslimah adalah pemimpin bagi dirinya, pemimpin rumah dan harta suaminya, pemimpin anak-anaknya, pemimpin amanah yang sekarang diembannya. Maka dari itu, tarbiyah menyiapkan muslimah untuk peran-peran kepemimpinan.

Bagi Dakwah
Zaman kini semakin berkembang, ranah dakwah pun semakin meluas. Akhwat, tidak dapat dipungkiri, dibutuhkan untuk ranah-ranah dakwah tersebut. Tarbiyah mempersiapkan muslimah untuk memenuhi SDM berkualitas pada setiap ranah dakwah dan juga memperluas medan dakwah akhwat.

Muslimah sholehah, tidak hanya diharapkan bergaul dengan sesama muslimah sholehah atau sesama aktivis dakwa, tapi juga diharapkan bergaul di semua lini. Bergaul di lini dakwah akan menambah ilmunya, dan bergaul di luar lini dakwah akan menjadikannya icon dakwah yang semoga membuka mata masyarakat bahwa kita membutuhkan jalan dakwah. Dan Islam adalah agama yang menyelamatkan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

When I was (part II)


Saat aku masih tinggal di rumah, aku sering dibuat jengkel oleh kedua adikku. Mereka akhirnya mengakui, mereka memang suka melihatku marah, ngamuk, dan ngambek, makanya mereka sering uuhhh…. Nyebelin.

Dulu itu aku…
Males banget keluar rumah. Pokoknya pagi ke sekolah, sore pulang sekolah, selebihnya aku gak kepengen lagi menginjak teras rumah. Males. Makanya, setiap aku mau jajan sesuatu, pasti minta tolong ke adikku, khususnya adikku yang bungsu. Tapi sayang, dia komersil banget. Kalo aku pengen jajan yang harganya Rp 1000, dia kadang minta gaji seribu juga, tidak jarang dia bahkan minta gaji plus harus dibagi jajanannya. Nyebelin gak tuh. Setiap aku bilang sebel ke dia, paling dia bilang, “Yaudah, beli sendiri aja.” Hm… akhirnya aku pun ngalah, karena gak mungkin aku keluar beli jajan sendiri. Males.

Dulu itu aku…
Egois banget. Sebagai seorang anak perempuan, anak sulung pula, seharusnya aku mau mengalah pada adikku. Tapi kata mengalah selalu ingin kuhapuskan dari kamusku. Kenapa selalu aku yang mengalah (lagu?). Misalnya, abis makan, adikku yang kedua (cowok) gak ngeberesin meja makan. Pasti aku akan ngamuk abis-abisan. Kalo Ibu liat, pasti aku yang disuruh ngeberesin mejanya. Padahal bukan aku yang makan. Kalo “si cowok” minta tolong diambilin segelas air, aku pasti bakalan ngomel panjang lebar dan bilang bahwa dia gak berhak nyuruh-nyuruh aku. Padahal, setelah kurubah sikapku, ternyata dia bisa lebih pengertian. Aku mulai terima kalo dia minta tolong diambilin apa-apa, aku juga mulai terima kalo harus ngeberis meja bekas dia makan. Akhirnya, dia menjadi patuh, aku minta tolong apa-apa dia mau. Mungkin selama ini dia gak tau harus belajar dari siapa cara untuk mengerti orang lain, tapi setelah melihat contoh dari kakaknya—hehe—dia akhirnya tau dan mau SEDIKIT mengerti orang lain.

Dulu itu aku…
Bukan Nila yang kuinginkan. Walaupun Ibu dan Bapak selalu membanggakanku di depan adik-adikku sebagi sosok teladan, tetap saja ada hal dari diriku yang sangat perlu untuk diubah. Memang Nila juga manusia yang jauh dari sempurna, apalagi untuk dijadikan sebagai teladan. Tapi itulah mereka—my Mom and Dad—yang selalu melihatku dari sudut pandang lain. Walau aku masih jauh dari sempurna, mereka selalu menganggapku sebagai anugerah terindah dari Allah. Mereka masih selalu melontarkan kata-kata, “Kalian contoh dong, Kakak Nila, dia itu… bla… bla… bla….”. yah, mungkin aku dulu itu seperti itu. Aku yang sekarang sudah seperti apa, aku pun belum sepenuhnya tau. Yang jelas aku terus berusaha untuk menempa diriku menjadi a better Nila.

by: Nila Sartika Achmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

When I was (part I)


Waktu itu aku lagi buka-buka komputer. Tanpa sengaja kutemukan sebuah dokumen yang aneh menurutku. Judulnya,
Pesan Untuk Kedua Kakak Kalau Misalnya Saya Sudah Tidak Ada”.

Kata-kata dalam judulnya lumayan panjang dan membuatku berpikir cukup panjang untuk yakin bahwa ini ditulis oleh adik bungsuku. Melihat waktu pembuatannya, tulisan ini dibuat saat dia masih duduk di bangku kelas 1 SMP.

Kuputuskan untuk membuka dokumennya.

“Untuk Kakak Nila yang sangat saya sayang. Ka, maaf kalo selama ini saya sering mengolok-ngolok kakak, tetapi dalam lubuk hati saya yang paling dalam, saya sangat menyayangi kakak. Walaupun saya sering marah kalo kakak menyuruh saya, tetapi saya sangat ihklas. Itu hanya karna saya ingin melihat kaka marah. Ka, jujur saya ingin merasakan sekali saja diperhatikan oleh kaka saya. Terkadang saya iri kalo melihat teman saya bermain atau jalan-jalan sama kakak mereka. Karna setahu saya, kaka hanya sibuk dengan pelajaran dan sekolah kaka sendiri. Walaupun saya tau kakak berjuang keras untuk sekolah dengan baik hanya karna ingin melihat saya, kakak Herul dan Mama bahagia tetapi saya ingin sekali kaka bisa mengerti saya. Ka hanya itu satu satunya yang dapat membuat saya bahagia.”

“Untuk yang tersayang Kakak Haerul maaf kalo selama ini saya suka membangkan kepada kaka; walaupun saya tahu bahwa teguran kaka itu hanya demi kebaikan saya; karna kaka tidak mau melihat saya ditindas oleh siapapun kecuali mama ,bapa ,kaka nila dan kakak Haerul. Kakak hanya ingin melihat saya hidup tanpa ada tindasan dari orang lain.”

Ada gumpalan rasa yang susah diterangkan saat selesai aku membacanya. Pesan yang singkat namun bermakna.

Yah, aku dulu memang tidak banyak menyiapkan waktu untuk adik-adikku. Apalagi menginjak bangku SMA, aku akhirnya diizinkan untuk mengikuti kegiatan ekskul sebanyak yang kumau. Hampir setiap hari aku pulang sore dari sekolah, kadang sampai menjelang maghrib, pernah juga sampai shalat maghrib di mushalla sekolah. Hal tersebut terus berlangsung setiap hari.

Saat pulang dari sekolah, aku biasanya mengahbiskan waktu untuk beristirahat, kerja PR, atau nonton tv. Aku jarang meluangkan waktu untuk bermain bersama adik-adikku. Padahal adikku yang bungsu sebenarnya sedang membutuhkan perhatian yang lebih. Aku pun, termasuk orang yang tidak bisa diganggu. Apalagi saat aku bekerja di depan komputer, maka pintu kamar akan kukunci. Aku tidak bisa mengerjakan apa-apa saat ada orang yang terus mengajakku berbicara atau ada yang mengotak-atik barang-barang di kamarku.

Pernah, adik bungsuku entah kenapa kepengen banget masuk kamarku padahal aku lagi ngerjain tugas di komputer. Dia terus memaksa, akhirnya kuperbolehkan masuk dengan syarat: gak boleh ngajakin aku ngobrol, gak boleh megang atau mindahin barang apa pun di kamar, gak boleh ngomentarin apa-apa tentang tulisanku, atau apa pun, hanya boleh diam di atas tempat tidur. Dia pun setuju. Awalnya si bungsu mulai tidur, sampai akhirnya merasa suntuk sendiri dan keluar meninggalkanku sendiri.

Dulu mungkin—memang—aku terlalu disibukkan oleh berbagai organisasi dan lomba-lomba yang selalu kuikuti. Aku merasa rumah adalah tempat istirahat. Namun, tanpa kusadari aku melupakan adikku yang ternyata juga butuh dimengerti. Kuminta seisi rimah untuk mengerti kebutuhanku berorganisasi, mengerti kesibukanku di sekolah, mengerti bahwa aku butuh istirahat saat tiba di rumah, tapi aku kadang lupa untuk mengerti mereka.

I’m sorry!

By: Nila Sartika Achmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ukhti...Akhi... Puisi Ini Untukmu


By: Jumahir

Pada kakak yang disebut ikhwan
Aku ini elang
Menunggu sayap sempurna bulu
Lalu ajari aku terbang
Hingga ke atas awan
Tapi ceritakan padaku
Akhi, mengapa tangan tak boleh berjabat
Dengan kakak yang disebut akhwat

Pada kakak yang dipanggil Akhi
Aku ini elang
Menunggu kuku runcing sempurna
Lalu ajari aku mencakar
Hingga kezaliman terkoyak
Tapi beri aku jawaban
Akhi, kapan kita ke Palestina

Pada kakak yang disebut akhwat
Kisahkan aku tentang sahabiyah
Gambarkan aku tentang tarbiyah
Lalu kuwarnai dengan amaliah yaumiah
Tapi beri aku jawaban
Ukhti, mengapa mata tak boleh bertatap
Dengan kakak yang disebut ikhwan

Akhi...
Ukhti...
Puisi ini untukmu
Tapi cepat beri aku jawaban, ya!
Sebelum VMJ menyerangku
Akhi,...
Ini demi keselamatan Antum, Akhi...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Awas! Iklan Rokok Mengancam Remaja Kita


Iklan rokok merupakan salah satu bagian dari proses 4P pemasaran produk rokok, yaitu promotion (promosi). Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa remaja merupakan calon konsumen tetap rokok, industri rokok akhirnya berlomba-lomba untuk memperoleh perhatian mereka.

Industri rokok sepertinya mencoba untuk membangun brand equity di kalangan remaja. Remaja diharapkan memilih merek rokok bukan hanya dari kenikmatan rasanya, atau value yang bisa diberikan, tapi mulai menggiring calon perokok tetap tersebut untuk berpikir dan menilai secara subjektif terhadap rokok. Hal ini dibuktikan dengan image positif yang diidentikkan dengan produk rokok. Remaja mulai mengesampingkan efek negatif rokok yang jelas-jelas terpampang di setiap bungkus rokok. Kemudian remaja memilih merek rokok yang dikonsumsi berdasarkan citra positif dari masing-masing rokok. Ini yang disebut brand equity.

Hal yang lebih parah adalah industri rokok mencoba menanamkan relationship equity bagi remaja sebagai calon konsumen tetap mereka. Hubungan yang erat antara remaja dan merek rokok tertentu membuat mereka terikat secara emosional. Sehingga penilaian mereka terhadap merek rokok yang dikonsumsi sudah jauh di atas penilaian subjektif, apalagi objektif.

Berikut ini aladah dampak buruk iklan rokok bagi remaja:

1. Semakin anak muda terpapar iklan promosi rokok, maka semakin besar kemungkinan mereka akan merokok. Industri tembakau telah meberikan promosi yang menyesatkan dengan menghubungkan rokok dengan hal-hal mewah, penuh semangat, menarik bagi lawan jenis dan petualangan.

2. Promosi tembakau yang meluas akan memberi kesan mengkonsumsi tembakau adalah hal biasa, rokok adalah sama dengan produk konsumsi lain dan hal ini menyebabkan anak muda tidak mengerti bahaya rokok ataupun menganggap remeh resiko kecanduan nikotin dan dampak tragis yang disebabkannya.

Oleh: Nila Sartika Achmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

YANG MASIH SUCI vs YANG TELAH TERNODAI


Ada hal yang begitu indah saat diungkapkan. Namun kata indah ini memiliki berbagai definisi tergantung siapa yang sedang merasakannya, atau yang ingin menikmatinya. Mengungkapkan rasa cinta konon membuat hati menjadi lega. Ya! Aku berani mengakuinya. Rasa cinta yang dibiarkan terpendam akan membuat hati pilu, menanti hal yang bahkan tidak berani untuk diakui keberadaannya.

Tapi, sebelum membahas lebih jauh tentang mengungkapkan cinta, ada baiknya kita definisikan dulu cinta seperti apa yang akan kita bicarakan. Kata orang-orang yang mengaku telah mengenal cinta menganggap cinta sebagai suatu perasaan yang membuat kita ingin terus bersama orang yang dicintai dan ingin melihat orang yang dicintai bahagia. Cinta katanya identik dengan kerinduan dan pengorbanan. Cinta itu, mm… Kompleks!

Yah! It’s love.

Masa remaja selalu identik dengan pencarian cinta, sehingga banyak orang yang menyebut dirinya sebagai petualang cinta (hehe… siapa ya?). Tapi, banyak orang yang telah mengecewakan cinta itu sendiri. Tanya kenapa? tanya kenapa? Tau’! hehe, gak ding. Gini lho:

Cinta itu disemayamkan oleh Allah di tempat suci yang disebut qalbu. Cinta itu suci, makanya cinta itu jauh dari nafsu. Namun, begitu banyak orang yang membiarkan cinta terkontaminasi oleh nafsu. Kalau dianalogikan, cinta itu ibarat susu. Putih. Tapi karena setetes nila (“N” nya tidak kapital, berarti bukan nama orang, he), putihnya susu terkontaminasi oleh warna lain. Jika setetes nila dapat merusak susu sebelanga, maka sedikit nafsu akan merusak sucinya cinta.

Kapan Cinta Terkontaminasi Nafsu?
Cinta (kepada lawan jenis) adalah ketertarikan yang sifatnya fitrah. Ketertarikan itu telah diciptakan bersamaan dengan terciptanya manusia.
Ketika mata merasa ingin terus memandangnya, ingin terus menikmati keindahan yang diciptakan dalam gerak langkahnya dan dalam setiap senyumannya, maka nafsu adalah ketika mata terus mengikuti setiap langkahnya dan menatap setiap senyumannya. Namun cinta yang tidak ternodai akan menundukkan pandangan. Bukan menundukkan kepala sehingga tiang listrik pun diserobot, tapi membatasi pandangannya atas apa yang belum halal baginya.

Ada pantun yang berbunyi:
dari mana datangnya lintah
dari sawah turun ke kali,
dari mana datangnya cinta
dari mata turun ke hati

Tapi mata yang dibiarkan liar memandang dengan membabi “tidak” buta adalah indikasi cinta ternoda.

Ketika hati merasa ada rindu yang muncul saat dia tidak ada di samping kita, maka nafsu adalah ketika hati menghabiskan waktu untuk memikirkannya, merendam bayangannya dalam pikiran kita yang penuh lumpur. Namun cinta yang telah diciptakan Allah sebagai perasaan yang suci akan memperbanyak dzikir. Saat rasa rindu itu muncul, maka akan ditangkis dengan mengingat Allah. Cinta yang suci akan mengajarkan kita untuk berdoa pada Allah agar dibantu mengatur rasa yang sebenarnya bisa dikendalikan itu. Cinta adalah ketika rindu itu muncul, kita justru tergerak untuk lebih dekat dengan Allah, bukan malah menjauhi-Nya. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka cinta telah terkontaminasi nafsu (trust me!).

Ketika ada perasaan ingin berdua dengan lawan jenis, maka nafsu adalah ketika kita justru mencari celah untuk bertemu berTIGA (tentu saja SETAN diundang sebagai tamu istimewa yang tak nampak, namun bujuk rayunya dapat menggoyahkan iman). Mungkin kita akan mengajak ketemuan di depan UKM, duduk berdua di bawah naungan pohon duren, lalu tiba-tiba terasa ada angin sepoi-sepoi yang menyambut kita bersamaan dengan datangnya angin dari Neraka di bawah naungan murka Allah. Kalo tiba-tiba ada duren yang jatuh, kena kepala, trus… apa kita mau meninggal dalam kondisi dimurkai Allah? Na’udzubillah!

Namun, ketika muncul rasa yang demikian, cinta akan mengajak kita untuk berkhalwat dengan sang Khaliq. Mengajak kita untuk merasakan lemahnya kita ini tanpa Allah. Bila bukan karena rahmat-Nya, maka tentu kita akan terjerumus dalam api neraka akibat lemahnya iman. Lalu cinta yang tulus akan mengajak kita untuk bersyukur bahwa kita tidak termasuk dalam golongan orang yang menyepelekan larangan Allah dan semoga kita selalu istiqamah di jalan-Nya.

Ketika melihat indikasi “gayung bersambut” (sedangkan kita belum siap untuk menikah), maka nafsu akan datang dengan antusiasme tingkat tinggi dan berkata, “Tembaaaaaaak!” seperti para pejuang kemerdekaan saat mendeklarasikan, “Merdeka atau Mati!” Hanya hati yang terkotori nafsu yang segera mencari jalan terbaik untuk “the best shot”. Namun cinta akan berkata, “Sabar!” Walau perasaan telah membuncah-buncah, cinta akan mengerahkan seluruh tenaga untuk menenangkan hati. Cinta akan menununjukkan kita tentang konsep mendekati zina yang akan kita anut bila melancarkan “tembakan”. Cinta akan membuka mata hati kita bahwa kenikmatan itu akan terasa indah pada waktunya dan cinta yang suci akan menjemput kita di gerbang walimah di mana semua yang selama ini haram menjadi halal dan bahkan bernilai ibadah. Jika pijakan kaki kita belum tiba pada gerbang tersebut, maka cinta akan menjaga hati kita. Cinta membuat kita memilih untuk bermandikan peluh dalam merintis kesabaran saat di dunia dibandingkan terjun bebas pada buaian angin dunia yang menjerumuskan pada api neraka yang panasnya na’udzubillah.

Cinta vs Nafsu
Saat kita merasakan getaran-getaran cinta, maka nafsu akan muncul secara otomatis. Dia akan berjalan perlahan di belakang cinta, bahkan lebih rapat dari bayangannya, hingga pada suatu titik ketika kita telah sampai pada level “love is blind”, nafsu akan jadi “blind maker” dan memBODOHi kita dengan menyamar sebagai cinta.

Sebenarnya pilihan ada pada kita. Ketika kita membiarkan cinta bersama kita, don’t worry be happy. Walau godaannya berat, tapi kenikmatan yang dihadirkannya akan jauh lebih dahsyat dari pahit dan susahnya “kesabaran”. The key is “Kesabaran”, jika kita bisa sabar, tidak mengumbar pandangan, tidak mencari kesempatan dalam kesempitan maupun kelapangan, maka seterusnya kita akan menjadi orang yang menaklukkan nafsu. Kita akan terbungkus rapi dalam naungan taqwa, tidak ada yang dapat menyetuh kecuali manusia bertaqwa pilihan Allah. Eksklusif. Premium. Tidak seperti jajanan jalanan yang tidak terbungkus, dikerubuti lalat, berdebu, dan bebas disentuh sembarangan. Oh, no!

Namun, ketika kita biarkan nafsu merajalela, maka don’t happy be worry (maksa banget ya?). Kenikmatan instan akan hadir di depan mata. Sekejap. Seperti fast food yang cepat, nikmat, namun tidak sehat. Saat kita dilukai oleh nafsu yang berkedok cinta, pada siapa kita mengeluh? Mereka yang menjauhi larangan Allah akan berdo’a “Ya Allah, hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan (Q.S. Al Fatihah: 5)”. Saat kita mau mengatakan hal yang sama, sudahkah kita mengintrospeksi diri, apakah benar hanya Allah yang kita sembah, atau kita telah menduakan Allah dengan menyembah nafsu, mengikuti bujuk rayu nafsu yang jelas-jelas bertentangan dengan aturan Allah? Tapi Allah yang mencintai hamba-hamba Nya selalu membuka pintu tobat. Maka datanglah segera di pintu itu sebelum ajal menjemput karena ajal bisa datang kapan saja. Ssst, I will tell you a great secret: mungkin setelah membaca tulisan ini, 5 menit kemudian kita dijemput oleh malaikat pencabut nyawa. Bersiaplah!

BY: NILA SARTIKA ACHMADI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aku Ingin Dicintai


Aku ingin dicintai
dengan cinta yang terbalut
keping-keping pengharapan
akan terhimpun di jannah-Nya

Aku ingin dicintai dengan ikhlas
dengan cinta yang menuntun imanku
cinta yang melambungkan hasratku
menuju lambaian jemari surga

aku ingin dicintai
dengan cinta yang tak ternodai
dengan cinta suci yang tetap suci
berlandaskan cinta pada Illahi
(Bandung, 28 Desember 2008)

oleh: Nila Sartika Achmadi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BiLa NanTi


written by: Nila Sartika Achmadi

Aku telah memutuskan untuk memilih jalan ini bagi hidupku. Jalan yang sulit bagi sebagian orang, begitu pula bagiku. Saat pertama aku melirik jalan ini, kurasakan ada sedikit sesak di dadaku, namun sisi lain hatiku mengajariku tentang indahnya jalan yang akan kupilih. Saat kulirik jalan ini, sempat terbesit ragu bahwa kelak aku akan berpaling. Tapi satu sisi di hatiku berbisik lembut bahwa akan ada yang menjaga imanku dan mengokohkan hatiku bila aku memilih jalan ini, bila aku berusaha untuk bertahan di jalan ini.

Sebelum kuputuskan untuk melangkah, ada serangkaian tanya di dadaku. Apakah aku pantas untuk memilih jalan ini? Layakkah seorang "aku" untuk memasuki jalan ini? Namun, hatiku berkata lagi bahwa aku membutuhkan jalan ini, jalan yang menghubungkan aku dan dunia, jalan yang menghubungkan aku dan akhirat, mungkin pula jalan yang menjadi perisai neraka bagiku, juga jalan yang menghubungkan antara aku dan Rabb ku.

Dengan membaca Basmalah, kucoba untuk melangkah di jalan ini.
Benar, aku benar-benar takut jatuh, karena jalannya berbatu dan dipenuhi kerikil tajam. Setiap saat aku bisa saja goyah, bisa terluka, lalu mungkin memilih untuk menyerah. Tapi alhamdulullah, Allah begitu menyayangiku. Dia menyediakan saudara-saudara di sampingku yang akan memegang erat diriku agar tidak terjatuh; yang akan mengajariku cara berdiri kembali bila kelak aku terjatuh; yang akan mengingatku dalam setiap bait doanya; menemaniku saat kami dekat dan menyerahkanku pada sang Pemilik dan Penjaga alam saat ia jauh.

Kadang aku menangis sendiri, terbenam dalam harunya hatiku bila kusadari betapa beruntungnya aku karena memilih jalan ini. Di luar sana, banyak saudaraku yang lalai karena tidak dipertemukan dengan jalan yang seharusnya mereka tempuh. Allah memilihku untuk menjadi hamba-Nya, maka kupilih jalan ini untuk bersungguh-sungguh mengabdi pada-Nya.

Walau sulit, aku yakin ada Allah yang menguatkanku. Bila kurasa ini sulit, kesulitan ini pasti berbarengan dengan meningkatnya derajat keimananku. Allah membuat semua ini untuk meyakinkan bahwa benar ada iman di hatiku dan aku telah siap menjalankan konsekuwnsi dari syahadat yang aku ucapkan.

Inilah jalan itu, jalan dakwah.
Jalan yang dipenuhi dengan onak duri tapi insya Allah akan bermuara pada keindahan abadi yang tiada seorang pun dapat membayangkannya.

Saudaraku,
kita telah dipertemukan di jalan ini
semoga kita tetap dapat bersatu selamanya di jalan ini
walau kelak jasad kita terpisah
yakin saja bahwa cahaya iman yang menyala-nyala dalam riak semangat dakwah akan mempertemukan kita kembali, jika bukan di dunia, maka insya Allah kita akan dipertemukan dalam naungan Allah di hari tiada naungan lagi selain naungan-Nya
karena...
kita saling mencintai karena Allah

Bila nanti jasad kita tak dapat lagi bersua
pastikan doa dalam tiap sujud kita tetap menjadi penyatu bagi hati-hati yang rindu pertemuan dalam iman

Bila nanti kita berpisah...
dan memang nanti kita akan berpisah...
entah karena perbedaan alur dunia yang kita tempuh, atau karena ajal yang memisahkan
yakin saja, bahwa selama ada cinta di hati kita, pertemuan itu sedang menanti di depan mata
Hanya saja Allah ingin menguji cinta di hati kita, apakan cinta itu tulus karena-Nya

Bila nanti kita berpisah
jangan cemaskan tentang nasib hidupku, karena ada Allah yang menjaminnya
tapi doakanlah imanku, semoga kalian dapati diriku termasuk orang-orang yang beriman dan teguh dalam keimanan

saudaraku...
aku ingin.....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS