YANG MASIH SUCI vs YANG TELAH TERNODAI


Ada hal yang begitu indah saat diungkapkan. Namun kata indah ini memiliki berbagai definisi tergantung siapa yang sedang merasakannya, atau yang ingin menikmatinya. Mengungkapkan rasa cinta konon membuat hati menjadi lega. Ya! Aku berani mengakuinya. Rasa cinta yang dibiarkan terpendam akan membuat hati pilu, menanti hal yang bahkan tidak berani untuk diakui keberadaannya.

Tapi, sebelum membahas lebih jauh tentang mengungkapkan cinta, ada baiknya kita definisikan dulu cinta seperti apa yang akan kita bicarakan. Kata orang-orang yang mengaku telah mengenal cinta menganggap cinta sebagai suatu perasaan yang membuat kita ingin terus bersama orang yang dicintai dan ingin melihat orang yang dicintai bahagia. Cinta katanya identik dengan kerinduan dan pengorbanan. Cinta itu, mm… Kompleks!

Yah! It’s love.

Masa remaja selalu identik dengan pencarian cinta, sehingga banyak orang yang menyebut dirinya sebagai petualang cinta (hehe… siapa ya?). Tapi, banyak orang yang telah mengecewakan cinta itu sendiri. Tanya kenapa? tanya kenapa? Tau’! hehe, gak ding. Gini lho:

Cinta itu disemayamkan oleh Allah di tempat suci yang disebut qalbu. Cinta itu suci, makanya cinta itu jauh dari nafsu. Namun, begitu banyak orang yang membiarkan cinta terkontaminasi oleh nafsu. Kalau dianalogikan, cinta itu ibarat susu. Putih. Tapi karena setetes nila (“N” nya tidak kapital, berarti bukan nama orang, he), putihnya susu terkontaminasi oleh warna lain. Jika setetes nila dapat merusak susu sebelanga, maka sedikit nafsu akan merusak sucinya cinta.

Kapan Cinta Terkontaminasi Nafsu?
Cinta (kepada lawan jenis) adalah ketertarikan yang sifatnya fitrah. Ketertarikan itu telah diciptakan bersamaan dengan terciptanya manusia.
Ketika mata merasa ingin terus memandangnya, ingin terus menikmati keindahan yang diciptakan dalam gerak langkahnya dan dalam setiap senyumannya, maka nafsu adalah ketika mata terus mengikuti setiap langkahnya dan menatap setiap senyumannya. Namun cinta yang tidak ternodai akan menundukkan pandangan. Bukan menundukkan kepala sehingga tiang listrik pun diserobot, tapi membatasi pandangannya atas apa yang belum halal baginya.

Ada pantun yang berbunyi:
dari mana datangnya lintah
dari sawah turun ke kali,
dari mana datangnya cinta
dari mata turun ke hati

Tapi mata yang dibiarkan liar memandang dengan membabi “tidak” buta adalah indikasi cinta ternoda.

Ketika hati merasa ada rindu yang muncul saat dia tidak ada di samping kita, maka nafsu adalah ketika hati menghabiskan waktu untuk memikirkannya, merendam bayangannya dalam pikiran kita yang penuh lumpur. Namun cinta yang telah diciptakan Allah sebagai perasaan yang suci akan memperbanyak dzikir. Saat rasa rindu itu muncul, maka akan ditangkis dengan mengingat Allah. Cinta yang suci akan mengajarkan kita untuk berdoa pada Allah agar dibantu mengatur rasa yang sebenarnya bisa dikendalikan itu. Cinta adalah ketika rindu itu muncul, kita justru tergerak untuk lebih dekat dengan Allah, bukan malah menjauhi-Nya. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka cinta telah terkontaminasi nafsu (trust me!).

Ketika ada perasaan ingin berdua dengan lawan jenis, maka nafsu adalah ketika kita justru mencari celah untuk bertemu berTIGA (tentu saja SETAN diundang sebagai tamu istimewa yang tak nampak, namun bujuk rayunya dapat menggoyahkan iman). Mungkin kita akan mengajak ketemuan di depan UKM, duduk berdua di bawah naungan pohon duren, lalu tiba-tiba terasa ada angin sepoi-sepoi yang menyambut kita bersamaan dengan datangnya angin dari Neraka di bawah naungan murka Allah. Kalo tiba-tiba ada duren yang jatuh, kena kepala, trus… apa kita mau meninggal dalam kondisi dimurkai Allah? Na’udzubillah!

Namun, ketika muncul rasa yang demikian, cinta akan mengajak kita untuk berkhalwat dengan sang Khaliq. Mengajak kita untuk merasakan lemahnya kita ini tanpa Allah. Bila bukan karena rahmat-Nya, maka tentu kita akan terjerumus dalam api neraka akibat lemahnya iman. Lalu cinta yang tulus akan mengajak kita untuk bersyukur bahwa kita tidak termasuk dalam golongan orang yang menyepelekan larangan Allah dan semoga kita selalu istiqamah di jalan-Nya.

Ketika melihat indikasi “gayung bersambut” (sedangkan kita belum siap untuk menikah), maka nafsu akan datang dengan antusiasme tingkat tinggi dan berkata, “Tembaaaaaaak!” seperti para pejuang kemerdekaan saat mendeklarasikan, “Merdeka atau Mati!” Hanya hati yang terkotori nafsu yang segera mencari jalan terbaik untuk “the best shot”. Namun cinta akan berkata, “Sabar!” Walau perasaan telah membuncah-buncah, cinta akan mengerahkan seluruh tenaga untuk menenangkan hati. Cinta akan menununjukkan kita tentang konsep mendekati zina yang akan kita anut bila melancarkan “tembakan”. Cinta akan membuka mata hati kita bahwa kenikmatan itu akan terasa indah pada waktunya dan cinta yang suci akan menjemput kita di gerbang walimah di mana semua yang selama ini haram menjadi halal dan bahkan bernilai ibadah. Jika pijakan kaki kita belum tiba pada gerbang tersebut, maka cinta akan menjaga hati kita. Cinta membuat kita memilih untuk bermandikan peluh dalam merintis kesabaran saat di dunia dibandingkan terjun bebas pada buaian angin dunia yang menjerumuskan pada api neraka yang panasnya na’udzubillah.

Cinta vs Nafsu
Saat kita merasakan getaran-getaran cinta, maka nafsu akan muncul secara otomatis. Dia akan berjalan perlahan di belakang cinta, bahkan lebih rapat dari bayangannya, hingga pada suatu titik ketika kita telah sampai pada level “love is blind”, nafsu akan jadi “blind maker” dan memBODOHi kita dengan menyamar sebagai cinta.

Sebenarnya pilihan ada pada kita. Ketika kita membiarkan cinta bersama kita, don’t worry be happy. Walau godaannya berat, tapi kenikmatan yang dihadirkannya akan jauh lebih dahsyat dari pahit dan susahnya “kesabaran”. The key is “Kesabaran”, jika kita bisa sabar, tidak mengumbar pandangan, tidak mencari kesempatan dalam kesempitan maupun kelapangan, maka seterusnya kita akan menjadi orang yang menaklukkan nafsu. Kita akan terbungkus rapi dalam naungan taqwa, tidak ada yang dapat menyetuh kecuali manusia bertaqwa pilihan Allah. Eksklusif. Premium. Tidak seperti jajanan jalanan yang tidak terbungkus, dikerubuti lalat, berdebu, dan bebas disentuh sembarangan. Oh, no!

Namun, ketika kita biarkan nafsu merajalela, maka don’t happy be worry (maksa banget ya?). Kenikmatan instan akan hadir di depan mata. Sekejap. Seperti fast food yang cepat, nikmat, namun tidak sehat. Saat kita dilukai oleh nafsu yang berkedok cinta, pada siapa kita mengeluh? Mereka yang menjauhi larangan Allah akan berdo’a “Ya Allah, hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan (Q.S. Al Fatihah: 5)”. Saat kita mau mengatakan hal yang sama, sudahkah kita mengintrospeksi diri, apakah benar hanya Allah yang kita sembah, atau kita telah menduakan Allah dengan menyembah nafsu, mengikuti bujuk rayu nafsu yang jelas-jelas bertentangan dengan aturan Allah? Tapi Allah yang mencintai hamba-hamba Nya selalu membuka pintu tobat. Maka datanglah segera di pintu itu sebelum ajal menjemput karena ajal bisa datang kapan saja. Ssst, I will tell you a great secret: mungkin setelah membaca tulisan ini, 5 menit kemudian kita dijemput oleh malaikat pencabut nyawa. Bersiaplah!

BY: NILA SARTIKA ACHMADI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

Yusuf al-fajri said...

Fenomena pergaulan bebas memang semakin parah. bahkan ada info terkini: "Kongres bejat Bertema “Virgin Gak Oke” Digelar kalangan Pelajar amoral Bandung"

Silahkan lihat my blog

Post a Comment