Untuk si Akhwat

Tulisan ini tentang seorang akhwat yang kukagumi, bahkan mungkin aku cemburu padanya lantaran ketaatannya, karena mungkin saat aku sibuk dengan kelalaian dunia, dia sedang sibuk mengejar akhirat dan namanya sedang disebut-sebut oleh malaikat sebagai hamba-Nya yang taat.

Saat itu masih SMA, masih awal kenal rohis dan sistem binaan yang terstruktur. Aku dan beberapa teman lain melakukan hal yang sebenarnya buat kami biasa saja, namun dalam Islam, hal itu melanggar. Saat dia melihatnya, dia berteriak sambil meneteskan air mata "Akhwat!!! Apa yang kalian lakukan?"


Kata-katanya sangat biasa. Tapi siapa sangka akan ada orang yang sedih melihat perbuatan kami. Ya Allah. Saat itu mungkin dia sedih karena menganggap kami saudara. Aku tiba-tiba merasa bahagia sekaligus terharu ada yang memperhatikan kami seperti itu, padahal dia bukan sahabat dekat kami, bukan pula keluarga kami, namun dia sampai meneteskan air mata saat kami berbuat salah.

Dia juga sangat hati-hati dalam memuji, takut membuat kami besar kepala dan jadi berbangga diri. Namun kehatian-hatiannya dalam memuji orang lain masih belum seberapa dibandingkan kehati-hatiannya dalam menyikapi pujian kepada dirinya. Terakhir kali aku memujinya atas sesuatu yang menurutku memang benar dan aku yakin semua orang akan setuju, dia hanya mengulang-ulang istigfar seolah-olah baru saja melakukan kesalahan besar.

Masya Allah. Semoga Allah senantiasa mendekatkanku dengan teman yang demikian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment