Lanjutan Rasa Itu

Oleh: Nila Sartika Achmadi

Hari ini kulihat seseorang sedang bermuram durja. Wajahnya tampak lesu seolah tiada matahari baginya hari ini. Kantung matanya yang bengkak menceritakan kesedihan yang dilaluinya tadi dalam. Ada gumpalan tanya yang ingin kulontarkan. Tapi dia sedang menggerakkan bibirnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi... tidak... dia masih diam.


Wajahnya memelas. Saat melihatnya, aku seolah ingin memeluknya dan memberitau bahwa aku bersedia menjadi teman berbagi jika ia ingin menceritakan sesuatu.


Saat aku mendekatkan tanganku padanya, ada sebuah sekat yang memisahkan kami. dingin. Sebuah cermin. Orang yang kulihat sedang bersedih itu adalah diriku. Mungkinkah hari ini aku seburuk itu? Apakah upayaku untuk mengikis rasa ini terlalu menyakitkan, hingga raut-raut kesedihan melekat erat di wajahku?


Kemarin, setelah kuputuskan untuk tegas pada hatiku, kurasakan sakit yang meradang.
Mungkin ini yang terbaik, karena perlu banyak ujian untuk menempa kedewasaanku.
Walau sakit, asal dapat kuselamatkan hatiku dari kekangan rasa ini, akan kuterima sepenuh hati.
Sepotong senyum yang tersimpan rapi di sakuku, semoga dapat kumunculkan kembali dan kupasang di wajahku. Agar dapat kusembunyikan kesedihan ini dari dunia. Cukup aku dan hatiku yang bersedih...


Selamat tinggal rasa...
Bila kelak kita bertemu lagi, tolong ingatkan aku bahwa aku pernah sakit karenamu, agar aku berhati-hati....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment