Being Mature, a Difficult Choice
Siti Musdah Mulia Mengakui Lesbian dan Homoseksual
Berita ini ditimba dari hidayatullah. Senin, 31 Maret 2008 aktivis "Islam" liberal Siti Musdah Mulia mengatakan, lesbian dan homosekstual diakui dalam Islam. Homoseks-Homoseks dan homoseksualitas bersifat alami (wajar) yang diciptakan oleh Allah, seperti itu diizinkan dalam Islam, dan bahwa pelarangan homoseks dan homoseksualitas hanya merupakan tendensi para ulama. Demikian salah satu ucapan Musdah Mulia dalam sebuah diskusi di Jakarta pada hari Kamis, 27 Maret 2008. Diskusi itu diorganisir oleh LSM Arus Pelangi. Perlu diketahui, bahwa Arus Pelangi dibentuk pada tanggal 15 Januari 2006 di Jakarta dengan kantor secretariat di Jalan Tebet Dalam 4 no 3 Jakarta Selatan. Arus Pelangi, adalah LSM tempat mangkalnya kaum lesbian dan homoseks.
So, Tell Me If I am Arrogant
It's been years since the day my dad was gone. But I feel exactly like that day, the day that I realized that he was no more here to protect me. Yeah, I miss him and I need him now even more. I need him to protect me from people whom I told are my family, even the closest to a father I have now.
He's (my immature, selfish uncle) upset because:
1. I never spent a night in his home every time I was back in Maros. He said I should go to his house the very next day I arrive home, instead of going there to say goodbye a day before I leave Maros for Bandung. Yah, I did not come to his house just like the way he wants me to. You know why? Because the first time I was back to Maros, I was in Soppeng, Inna's home, and I heard the news that he went to MY HOUSE and got angry to my mom, insulted her that she was not capable to raise a child, bla... bla... bla.... He was not even stop when my mom said, "Remember you brother, which was my father, he must be watching you right now, being so angry and rude to me."
I Hope Allah Give Me Strength to Stand My Immature, Selfish Uncle
People say: keep your friend close and your enemy closer. Yeah, they exactly have a logical explanation for that. Because it will be a lot easier to crush you from inside your very own castle, because they will know your weaknesses and the most important thing is, you will be less aware about their movement against you.
Guys, I can say, this year in my 21 years old, Allah is giving me harder tests. But this one I can say the hardest one. Ready to read it? Because I think I do need someone to share with.
Tragedi Bulutangkis
Hari ini kita lagi PORSENI (Pekan Olah Raga dan Seni). Kalo ditanya aku lebih bisa olah raga atau seni, aku bakalan milih diam. Soalnya aku gak bakat di dua-duanya. Ibuku aja, sejak aku kecil selalu diledekin kalo nyanyi, katanya kalo aku nyanyi tuh, lurus-luruuus aja, mau ada tembok, ada pohon, gak bakal belok. Dengan kata lain, aku itu buta rabun nada, gak tau yang mana do yang mana re, bedanya cuman penyebutannya (do->bibir mengkerucut, re->bibir ketarik ke samping). Whatever. Tapi di sini kita gak bakalan ngomongin tentang bakat nyanyiku yang dari lahir udah dimentahkan sama ibuku sendiri. Ini tentang anak-anak kelasku waktu lagi lomba bulu tangkis di sekolah. Cekidot.
Kangkung Tumis Saus Tiram--Lezat dan Murah--ala Nila
Beberapa hari ini, aku lebih sering masak dari hari-hari sebelumnya. Masakanku adalah kangkung dan ayam. Aku masih belum bisa berkreasi banyak dengan kangkung, jadinya, hanya ada kangkung tumis. Tapi aku bener-bener suka dengan kangukung tumis buatanku. Kangkung tumis saus tiram. Yummy.
Jadi ingat, dulu aku pernah masak kangkung tumus di rumah, dan adikku yang cowok menolak mentah-mentah, karena katanya rasanya seperti sayur mentah. Aku bener-bener gak tau apa yang salah. Tapi sekarang aku udah bisa masak kangkung tumis yang menggugah selera.
Public Speaking Tips
Berbicara di depan umum sering menjadi kendala bagi sebagian orang. Banyak orang yang pandai, tekun membaca, namun tetap tidak memiliki rasa percaya diri untuk tampil di depan umum. Masalahnya? Mungkin sederhana, namun kompleks. Saya katakan sederhana, karena hampir dapat diungkapkan dengan satu frase "tidak PD", sedangkan kompleks karena walaupun seseorang mengetahui penyebabnya, susah untuk serta merta mengatasinya. Mau tau bagaimana cara mengatasinya??
Aku Sok Jago, Gelaja Sindrom Jupolonginimini
Kalo anak kecil, naik kelas berarti baju baru, buku baru, teman-teman baru. Buatku, naik kelas kali ini adalah kehidupan baru, serpihan cerita yang nantinya bukan sekedar menjadi bagian dari hidupku, tapi menjadi hidup itu sendiri.
Hari ini pertama kali kami menginjakkan kaki di ruang kelas XI IA 1 (XI Ilmu Alam 1) sebagai siswa kelas XI. Ruangan ini tidak seperti sekolah di kota-kota besar yang dilengkapi pendingin ruangan, tegel putih atau pun kursi yang nyaman--setidaknya kursi yang terlihat bagus. Ruangan ini berada di sudut, ditutupi oleh ruang kelas X1, sehingga cahayanya agak kurang. Di sebelah kirinya ada kantin. Kalo pagi, alamak, bau bakso bikin gak nahan. Ini yang nantinya bikin aku susah shaum di hari sekolah dan makan bakso tiap hari.
My Project: PHOENIX--Never Ending to Fight
Sebenarnya project ini udah dari kapan tau. Inget banget pas ulang taun yang ke 20--taun lalu lho, aku kan, masih 21--aku target pengen nyelesein kumpulan cerpen tentang Phoenix dengan target di akhir umur 20 udah harus selesai. Tapi sampe sekarang, gak ada satu pun, bahkan satu kata pun, yang jadi. Aku bahkan sempet lupa kalo aku pernah punya target kayak gitu :D Pelajaran #1, Tulislah targetmu. Bukan buat pamer atau apa, tapi kita manusia, apalagi kayak aku yang punya banyak banget impian, dan menderita sindrom lupa tingkat dewa, sering melupakan impian-impian lama. Aku sering tergiur sama sesuatu yang baru. Kadang saat aku sadar, ternyata impian lamaku lebih berharga untuk dikejar, tapi aku lupa. Lagian, aku pernah baca ya--reading text pas tes TOEFL kemarin--kalo orang yang mempublikasikan impian atau kesepakatannya lebih cenderung memenuhinya. So, why not? it will worth a try.
Cinta yang Dewasa
"Setelah puluhan abad hunian manusia di bumi, tidak ada satu kata pun yang kutemukan mampu menggambarkan perasaanku padanya. Sejak pertama kali aku melihatnya, aku langsung menyadari dialah anugerah terindah yang Allah berikan kepadaku. Bila saja mampu kuraih bulan, akan kuhadiahkan untuknya, karena senyumnya ibarat rembulan di malam hari bagiku. Tangisnya mengiris hatiku, meski kadang air mata itu menetes karena aku.
AUDISI PENULIS CERPEN "PERNIKAHAN DINI"
Bismillahirrohmanirrohim
A Litle Gift for My Parents
Today is the day that I've been waiting for since four years ago. It is the graduation.
Hari ini berbeda dengan hari-hari lain dalam empat tahun terakhirku. Masih teringat masa-masa awal kuliah. Berkenalan dengan orang baru, kampus baru, dan yang paling penting, beradaptasi dengan dunia baru, dunia tanpa orang-orang yang biasanya beraktivias denganku. I got homesick at first, and many times after that. Waktu berlalu tanpa terasa.
Sidang pukul 11.00, aku masih belum siap-siap pukul 10.00. Kemarin sebenarnya pengen nyetrika baju pas malem buat dipake hari ini, tapi karena selesai ngerjain presentasinya udah tengah malam, males lagi buat nyetrika. Pas aku ngeluarin blazer sama kemeja krem, Inna--my roommate--langsung bilang kalo kita harus pake kemeja putih rok item. Well, roknya udah item tapi kemejanya, jilbabnya, gak item putih. Sebenarnya aku punya beberapa kemeja putih, tapi belum pada dicuci. Hoalaaah...
"Na, kemeja putih kamu ada ga?" aku dengan sedikit panik.
"ada, tapi masih di laundry."
Aku nelpon Kang Chandra buat nanya tentang baju, tapi gak diangkat. Okay, jangan putus asa. Aku nelpon Teh Kun, akhirnya dia bilang, gak apa-apa, yang penting rapi. Sepanjang Teh Kun ngomong, ada suara cewek di belakangnya, berisik aja. Katanya, pake baju apa aja, yang penting pake baju, bla... bla... bla.... Aku gak kenal suaranya. Annoying but it's okay.
Berangkaaaat....
Sampai di kampus, Teh Metha masih ujian di R6, aku setelahnya. Di sekitar R6, ada tim pendukungnya Teh Metha. Akhirnya aku tau, the annoying voice is Teh Rahmi :D.
Cukup lama juga nungguin Teh Metha selese. Di luar, aku bentar-bentar bengong, bentar-bentar menghela nafas panjang. Iya, aku memang tegang, tapi gak ada masalah. Ketegangan itu punya sensasi sendiri. Tidak akan berlangsung lama, you must feel it while it lasts.
Presentasinya menyenangkan--walau cukup menegangkan. Aku suka proses tanya jawabnya, well, I basically like public speaking.
Saat pembacaan yudisium, aku dinyatakan dapat B+, lulus IM Telkom dengan predikat sangat memuaskan dan resmi menjadi Nila Sartika Achmadi, SMB.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Terima kasih untuk semuanya. Thank you for Mom, for your hard work that makes everything possible. Thank you for Dad. You'll never be here to see me graduate, but you are the first person I want to talk to about this. I'll always remember how your spirit, how you had faith in me. You always had your big dreams for me. You said that you didn't need to finish bachelor degree, you just hope that your children do. And here's the gift for you. This title behind your name. Nila Sartika Achmadi, SMB.
^_^
Untuk Sahabatku
Malam ini pukul 12.24, dini hari tepatnya, dan aku belum tidur. Kusempatkan menulis sesuatu, ada pesan yang ingin kusampaikan.
Untuk sahabatku. Mungkin aku tak layak lagi dikatakan seorang sahabat. Bila kulihat diriku seperti sekarang, sosok inilah yang kubenci dari seorang teman. Kawan, entah setan apa yang merasukiku hingga aku menjadi seperti ini.
Untuk sahabatku yang kini telah jauh. Catatan ini kualamatkan untuk dua orang sahabatku, dan mungkin mengarah pada sahabat-sahabatku yang lain.
Untuk sahabatku yang pertama:
Entah sudah berapa lama kita tidak berjumpa. Pun, ketika kita berjumpa, kita sama sekali tidak seperti dulu lagi. Mungkin kesibukan atau ego yang menghalangi diri ini untuk memulai menyapa dan bersua seperti dulu. Terakhir waktu kukirim sms, aku lupa aku bilang kangen atau tidak. Tapi sebelum kirim sms itu, aku lagi denger lagu nasyid, dan tiba-tiba keinget waktu kita masih sering sama-sama dulu. Aku sering nginap di kostan kamu, dengerin nasyid, bahkan kita lagi nginap bareng waktu aku dapet berita kalo Pak Syahrir udah gak ada. Di lemariku masih ada replika motor yang kubelikan untuk mu dari Jogja, mungkin tahun 2008/2009 yang lalu, hanya saja aku kurang pandai memberi hadiah untuk sahabat, hingga belum pernah kutemukan waktu yang pas untuk memberikannya padamu hingga hubungan kita jadi renggang. Akan kusimpan lalu kuberikan sebelum kita berpisah nanti, insya Allah.
Untuk sahabatku yang kedua. Maafkan aku karena tidak bisa menjadi sahabat yang perhatian. Aku mencintaimu dan tetap ingin menjadi sahabatmu seperti dulu. Hanya saja egoku enggan melepasku untuk memulai pembicaraan. Kini kita hanya bertegur sapa seperti dua orang yang baru kenal. Aku ingin menyempatkan waktu untuk berbicara meluruskan semuanya, tapi egoku melarang. Aku benar-benar kalah oleh egoku. Ukhti, mungkin suatu saat hatiku akan berani untuk memulai lagi. Tapi sebelum waktu itu tiba, ketahuilah, aku tetap mencintaimu.
Making Poached Egg
Kemarin, aku makan siang pake Indomie telor (such a pocket friendly food). Ina, my roommate, tiba-tiba dengan hebohnya bilang, "Nila, gasnya abis." What?? Aku kan, udah beli telor buat melengkapi indomie gorengku. Jiah, mau makan apa lagi kalo gak ada gas? Males keluar (telor aja dibeliin Ina).
"Tapi coba sendiri deh, kali aja kalo sama kamu, kompornya mau nyala," Ina bilang lagi. Sebenarnya, iini gasnya abis atau kompor gasnya yang kumat lagi? Bingung. Tapi aku agak curiga gitu deh, Ina kan, sering ngisengin biar aku gerak, gak nongkrong di atas kasur mulu. Tapi yah, gak ada salahnya nyobain, kali aja bener.
Pas ke dapur, udah ada panci di atas kompor yang 100% nyala plus air yang lagi direbuh. Dasar, beneran Ina ngejebak (in a good way). Akhirnya Ina ngambilin mangkok, mie, telor dan sendok buat masak.
Sebenarnya kemarin aku sempet bikin poached egg--telur rebus, tapi isinya doang yang direbus, pas pertama bikin, bentuknya lumayan bagus, bulet mulus gitu. Udah yakin sama pengalaman pertama, bikin lagi yang kedua kalinya, tapi hasilnya gak sesuai harapan. Telornya sih, kerebus, setengah mateng pula, hanya saja bentuknya gak mulus, putihnya berantakan, gak lengket di kuningnya.
Kemarin aku coba untuk yang ketiga kalinya. Sebenarnya cara bikinnya aku liat di youtube, terus dapet tambahan pengetahuan dari film Julia and Julie. Harusnya, air direbus pake garam dan cuka, karena lupa ngasih garam, jadinya airnya cuman pake cuka, but it was fine. Pas airnya udah mulai mendidih, airnya diaduk, tapi jangan terlalu kencang, dan ingat, searah, misalnya ngaduknya sesuai arah jarum jam, membentuk lingkaran, ikuti terus arah itu. Pas bikin telur yang kedua, kayaknya ngaduknya kekencengan deh, makanya putihnya berantakan. Gimana ngukur itu kekencengan atau gak? Pake hati dan practice makes perfect.
Setelah diaduk, langsung masukin telor. Nah, ini tips dari Julie, aduk telur dua atau tiga kali (kalo ga salah, hihiii), lalu tunggu sampe setengah mateng. Sesekali cek bagian bawah telur agar gak lengket di panci. Ciri-ciri telor udah siap diangkat, adalah kalo telornya udah MULAI melayang, gak nempel di bawah panci. Idealnya, pas telor diangkat, langsung masukin ke air dingin biar tetep seger, tapi karena gak ada air dingin, kemarin aku langsung naro di atas mie goreng aja.
Ups, awalnya aku sama Ina agak kecewa gitu deh, soalnya telurnya masih belom mulus kayak yang diharapkan. Pas dia ngambil telor dari panci, pake sendok plastik yang gede buat sayur, entah mengapa, feelingku berkata, bagian atasnya emang jelek, tapi kayaknya bagian bawahnya nggak deh. Akhirnya aku memegang sendok berisi telor, sendoknya dengan yakin, tapi lembut, dibalik pas naro telurnya di atas piring, biar yang keliatan di atas adalah bagian bawah telornya. Dan yah, bagian bawahnya cukup mulus. Inilah hasilnya.
Omurice ala Nila
Akhirnya aku memutuskan untuk mempraktekkan video yang aku liat di youtube (salah satunya doang). It was Omurice. Omurice adalah makanan Jepang yang kalo gak salah, artinya nasi ayam. Aku udah mulai suka dan pengen makan makanan ini sejak nonton Lunch Queen. Ngeliat cewenya makan Omurice bikin ngiler. Sayangnya bikin demiglace sausnya susah.
Okay, here we go. Omurice ala Nila.
Waktu itu lagi mau makan siang (kalo gak, sarapan yang digabung sekalian makan siang). Ina, temen kamarku, lagi shaum. Inspirasi ini kuperoleh dari kamar mandi (I was taking a bath while fantasizing about making an omurice. LOL). Entah Ina udah dapet ilmu dari Mama L*ren atau gimana, tiba-tiba dia tau kalo aku mau bikin omurice.
Tapi masalahnya, aku gak punya ayam. Akhirnya ke warung pengkolan beli telor dua biji dan satu sosis. Omurice yang awalnya adalah nasi ayam berhasil kupermak jadi nasi sosis ala anak kostan--minim ongkos. Okay, aku mulai iris bawang merah beberapa siung, dilanjutkan dengan nge-geprek beberapa siung bawang puting (maaf ya, lupa jumlahnya--short term memory chef wanna be). Gak lupa, sosis dipotong-potong, jangan sampe ketebelan, biar keliatan banyak.
Alrite. Panaskan minyak secukupnya. Begitu minyaknya lumayan panas, turunkan bawang merah dan bawang putih, tunggu hingga wangi.. Mmm.. yumm.. Setelah wangi, turunkan sosis, dan goreng hingga berwarna agak kecoklatan (pokoknya kira-kira aja deh, kalo waktu itu aku pake Sozzis, jadi suka-suka deh). Kemudian masukkan kecap Inggris, aduk beberapa saat, lalu masukkan nasi, sepiring aja, itu pun jangan banyak-banyak, yang kira-kira muat buat dimasukin dalam telor. Penggunaan kecap Inggris bukan karena alasan ilmiah, tapi kebetulan aja ada itu di dapur. Tambahkan garam dan lada hitam secukupnya, plus penyedap rasa, dikit aja. You guys, can create your own fried rice.
Sekarang bikin telurnya. Kalo kemarin aku bikin sih, telurnya pas dicoba enak, tapi pas dimakan sama nasinya, agak asin, walaupun masih acceptable dan gak ngalahin tekstur telurnya yang masih lembut. Kocok lepas dua butir telur, tambah garam secukupnya. Nah, selanjutnya, panaskan teflon dengan minyak atau margarin, lalu masukkan telur saat munyaknya udah panas. Biarkan beberapa detik, agar bagian bawah telur mulai keras, tapi bagian atasnya belum mateng. Abis itu, masukin deh, nasinya. Tapi cuman setengahnya telor, terus matiin deh, komporya. gulung bagian telur yang gak ada nasinya, trus sisi yang berlawanan (walaupun ada nasinya) juga agak digulung. Tenang, ini keliatan susah dan berpotensi mess up, tapi jangan khawatir. Caranya, kalo kamu gak kidal, geser telornya ke sisi kiri teflon. Megang gagang teflon dari bawah, jangan dari atas. Lalu Tempelkan bibir piring pada bibir teflon (mudah-mudahan definisi bibir kita sama yak). Dengan cepat, sigap, namun tidak tergesa-gesa, balik teflon ke atas piring biar omuricenya mendarat di piring. Dan yaaaahhh.. jadilah omurice, tinggal hias pake saos atau kecap. Jadinya makan nasi goreng sosis sama telur yang teksturnya masih lembut dan wanginya.. mm... subhanallah.. Just try at home.
Anyway, gambar yang aku lampirin bukan my omurice, soalnya waktu itu kelaperan, keburu dimakan omuricenya..
Enjoy
A Tiramisu Project
Okay, this is new to me as well as my blog. I'm gonna talk about cooking. Yeah, some people know me as a girl which cannot cook. But now I just started learning how to cook. The first recipe that made me interested was tiramisu. It is a great Italian dessert, that from a movie I found out it means the Gods' food.
Again, from a movie (Julia and Julie) I saw how women can cook even if you not a professional and saw Julie wrote a blog as the result of her cooking based on Julia's recipes. Now I have many recipes to make in my mind, but I just dont have a guts to cook them, such as tiramisu, tuna melt cheese (that I will change to chicken melt cheese), or chicken pizza. In addition, I dont have any oven in Bandung, so I decided to cook them in Maros. One obstacle is my Mom. She usually criticizes me whenever I cook anything, like I was wrong, I should do this, bla.. bla... But me, I just want another experience, may be I'll make mistakes but at least I'll learn from them.
However, I got an idea. I will cook while my Mom away home. She is a teacher, and I'll make some food when she teaches. Later we will see whether or not she will like what I'll cook. I got a plan to start it with tiramisu. I watched the tiramisu making videos on youtube many times. I even played the same videos for more than once, just to make sure I understand. I also write down the recipe as it's easier for me to understand. Some ingredients like lady fingers and the kind of cheese (which I wrote but I dont remember) will be replaced by anything I can find in my hometown. God, please help me.
Just A Morning Revelation
Don't you do this... do this instead... bla... bla...
May be you, guys know who the person(s) that may talk to you like that. They could be your boy friend, your best friends, your secret enemies, or your parents. Right now somehow I wanna talk about the last person, parent, Mom.
Last night before falling asleep, I was just upset to my Mom. I'm not gonna tell the detail, but the part I didn't like is when she was nag and said that nobody cares about her. It was not a long sentence and not suppose to make upset, but I was. And as always, I never said a word even if I thought she was wrong, I didn't wanna insult her, even if I felt that I was completely right.
I thought I was guilty for doing nothing. But that made me guilty indeed. It was not me who committed "the crime", but I should be a part of a preventive action. I kept saying that just being me was enough for her, but it wasn't. I did the best to make her proud, it was good, but not the best. I should be with her to educate my siblings, which I thought was not really my responsibility. I educated them, but apparently not well enough.
However, raising children, teenagers, is not easy, especially if you do it alone. But she does survive. May be she was not trying to blame me like I assumed, she's just trying to say that she was exhausted doing it all alone.
I am a kind of person who's not easily say "I love you" to my parents. It's even more difficult to say it in Bahasa, I don't know why. I just want her to know that I'm here also trying my best. It's not that I don't care, I just don't know how to show it. Being a good obedient girl was enough, but now I need to be a good sister to be a better daughter.
On the Bed,
February 5th 2011
09.52 am
Wanita Dewasa vs Wanita Manja
Wanita dewasa...
tersenyum walau itu sakit, lantaran tak ingin membuat orang lain gundah.
Wanita manja...
mengeluh walau sakitnya tak seberapa, agar orang lain tau bahwa dia butuh diperhatikan.
Wanita dewasa...
melihat musuh sebagai pemanis perjuangan, agar kelak dapat dikenang perjuangan itu tak pernah mulus.
Wanita manja...
melihat musuh sebagai debu yang mesti disingkirkan, agar kelak dapat dikenang betapa tangguh saat dia berjuang.
Wanita dewasa...
menawarkan bahunya untuk menangis walau bahu itu pun memiliki beban berat untuk dirinya.
Wanita manja...
tertunduk tanpa kata, menghela nafas panjang dan bergumam dalam hati, "bebanmu belum seberapa".
Wanita dewasa...
menjelaskan dengan logika dan menuturkan penuh perasaan alasan dia meminta sesuatu, meluluhkan dengan keanggunan.
Wanita manja...
merengek dan memelas bila meminta, meluluhkan dengan tatapan mata dan wajah yang penuh damba.
Wanita dewasa...
memberikan nasehat bijak bila kau gundah.
Wanita manja...
menceritakan lelucon agar kau dapat sejenak melupakan kegundahanmu.
Wanita dewasa...
mengetahui kapan dan kepada siapa dapat bermanja.
Wanita manja...
mengetahui kapan pun dan siapa pun dapat dijadikan tempat bermanja.
Nila Sartika Achmadi
Renungan pertambahan usia.
13 Januari 2010
Peimpi: Tak Ada yang Tak Mungkin
Sebuah impian tak akan berakhir sia-sia, walaupun banyak orang yang beranggapan semua itu tidak akan mungkin terjadi. Pelajaran pertama adalah: tidak ada yang tidak mungkin. Yang membedakan probabilitas keberhasilan dari sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang adalah tren keberhasilannya di masa lalu. Untuk menciptakan tren itu, kita harus mencoba, walau gagal, bukan berarti kegagalan itu permanen. Setiap kali menghadapi kegagalan, percayalah bahwa kegagalan yang telah dilawati itu membawa kita semakin dekat pada keberhasilan.
Jadilah seorang pemimpi luar biasa. Pemimpi yang memiliki tekad yang kuat, yang tidak peduli orang berkata tidak mungkin; pemimpi yang melihat kemungkinan kecil dan berkata, "alhamdulillah masih ada peluang"; pemimpi yang menganggap kritikan orang sebagai cambuk pemicu semangat dan melihat simpati orang sebagai tandu penggiring kelelahan. Pemimpi ini tidak akan terhenti di dalam lamunan dan enggan beralih ke dunia nyata. Tapi dia membawa lamunannya ke dunia nyata dengan usaha keras. Dia memiliki impian dan bergerak untuk mewujudkannya.
Jangan larang seseorang untuk bermimpi. Jangan kucilkan dia karena bermimpi terlalu tinggi. Pemimpi inilah yang mungkin akan merubah masa depan. Dari pemimpi tangguh seperti Soekarno, Indonesia diakui kemerdekaannya. Dari pemimpi anggun seperti RA Kartini, wanita Indonesia bergerak mencari kebebasannya.
Biarkan mereka bermimpi, lalu tunjukkanlah bahwa mimpi itu bisa terwujud asal mereka berusaha.