Written by:Nila Sartika Achmadi
Konon di sebuah masa, hiduplah kerajaan yang aman, damai, dan sejahtera. Rajanya adalah Baginda Jupridin yang doyan makan kacang. Hingga akhirnya dia memerintahkan Dewi Nila, salah seorang dari tujuh dewi yang sering turun kebumi saat ada pelangi, untuk menghidupkan kacang yang ada di kebunnya. Tapi, Dewi Nila salah kira, dia mengira bahwa kacang itu harus hidup layaknya manusia. Bekerjasama dengan sekuntum bunga Melati dan tumbuhan Muniran, Dewi Nila memohon kepada sang Pencipta untuk menghidupkan kacang itu. Lalu mereka membawanya kepada Baginda Jupridin. Beliau menjadi sangat tekejut, kacang yang hanya diharapkan tumbuh subur di kebun agar kerajaan bisa terlihat Asri-anti juga agar baginda bisa mudah makan kacang, Tenri Sannah-sanna kini menjadi seorang manusia.
Baginda Jupridin menjadi gusar. Sebuah pertanyaan terus menghantuinya ”Apakah ini tidak melanggar Norma adat dan menyalahi Fitrah?” Kemudian duet penasihat Yusuf bin Husain dan Farid bin Huzein mengusulkan untuk mengadakan rapat dengan seluruh warga di rumah keAgungan istana. Akhirnya mereka berIkram untuk memelihara jelmaan kacang itu dan sepakat bahwa hal itu bukanlah pelanggaran Norma dan Fitrah.
Pada hari Jumat-hir, Baginda Jupridin memberikan nama resmi kepada kacang itu. Namanya adalah…Achan’k. Baginda berpesan untuk senantiasa melakukan Amaliah-amaliah, tapi jangan sampai Ria!
Karena sangat sayang kepada Achan’k, Baginda menghadiahinya trio dayang andalan yang terdiri dari Irma, Rahma dan Wiwi, juga tiga orang penjaga bernama Erdi, Divar, dan Lutfi. Bahagianya Achan’k (^_^)! Bukan hanya itu, dia juga memperoleh tiket semalam di Musdalifah.
Sekarang, Achan’k beserta trio dayang andalan, dan tiga orang algojo berangkat ke Musdalifah. Di perjalanan, rombongan Achan’k menjadi sangat takjub, seekor anjing lucu dan seekor kucing manis terlihat begitu akrab. Mereka juga pandai berbicara, nama anjing itu adalah Shipo dog dan kucingnya bernama Uchi cat. Karena terlalu asyik, Achan’k tidak sadar bahwa seekor ular sedang mengincarnya, hingga ular itu mematuk langannya. Semua orang menjadi panik. Lalu seorang tabib sakti yang berasal dari celupan Ilahi lewat. Tabib itu bernama Sibghatullah. Dia memberinya Asy-Syifa yang sangat manjur.
Achan’k dan rombongan sudah merasa lapar. Bekal mereka pun sudah habis. Kemudian mereka singgah diwarung milik Erna dan Naima untuk makan dan membeli berbagai cemilan. Salah satu cemilan yang dia beli adalah kacang Sukri, yang rencananya akan dijadikan oleh-oleh untuk Baginda.
Setibanya di Musdalifah, Achan’k bertemu orang yang mengaku Malaikat Ri-wan yang ingi membawanya ke surga. Tetapi rombongan Achan’k ternyata diterbangkan menuju suatu kerajaan yang dikepalai oleh Raja Damang. Ternyata surga yang dimaksud adalah SMANSA Maros, he he he !!!!
This is a gift for my friends, just to remind that we ever be together in our class room, and I want to be forever in their heart
Kerajaan XI IA 1
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment