"I do miss home...."
No place's better that home. I never regret my decision to leave home and get education so far from home. It's not only the distance, but the high cost too. Hm... I can't deny that the high transportation cost to my hometown makes me rather difficult to go home. It's not because I can't afford the money (I can't because I have no income, but it's not the reason) but because I feel bad to my mom. Every time I ask for money, I don't want her to work harder in order to give me that money. She already works hard. However, mom is mom. She never wants me to stay here in a long holiday and become a lonely loner alone.
See the bright side. Being so far from home makes me a bit more independent. I admit that. Yayaya... I know that some people said that I'm so a mama's daughter since I hardly can do house keeping and bla bla bla. May be they just do not know how much I've improved. But still, there are many holes to fulfill just to call me a good woman--for a good woman here must do house jobs.
19 days to go....
Insya Allah I'll be back on August 30th. Yah, about 19 days later. I can't wait to see my family, my friends, my hi school teachers and do many things with them. Spending Ramadhan at home honestly makes me feel much better. One of the reasons is being with mom is such a great thing. Tell me about that.
I'll tell you one secret reason why I'm so excited about this holiday. It's my plan to discuss, I mean negotiate something with mom. I can't tell you what, I just want you to know that I have something to say to her.
Now let's try to focus on what I'm doing here, then prepare my self--and my baggage--to be home ASAP. good luck, everybody....
I Miss Home
Read User's Comments(1)
Pra Nikah 2: Manajemen Pra Nikah
Pernikahan bukanlah akhir dari segalanya. Ini merupakan awal dari sebuah perjalanan yang masih panjang. Pernikahan membutuhkan ikhtiar. Salah satu bentuk ikhtiar kita adalah husnudzan billah. Pernikahan diawali dengan cinta pada Illahi. Jika cinta ditempatkan pada koridor, akan memperkuat cinta kita pada Illahi. Tentu saja cinta yang dimaksud adalah cinta setelah pernikahan.
Seperti pada materi pra nikah sebelumnya, pada artikel ini akan dibahas mengenai apa saja yang perlu disiapkan sebelum pernikahan. Ini saya peroleh dari sebuah kajian pra nikah.
Ilmu
Dua rakaatnya orang berilmu lebih baik dari ribuan rakaatnya ahli ibadah yang menjalankan ibadahnya tanpa ilmu. Di surga, tingkatan orang berilmu lebih tinggi dari ahli ibadah. Ilmu yang perlu digali adalah mengapa kita berislam. Setelah menjadi muslim, lalu siapa kita ini? Kita adalah aktivis dakwah. Mengapa kita menjadi aktivis dakwah?
Selain itu, pahamilah konsep diri. Wajar kiranya seseorang memiliki standar atau kriteria calon pasangan yang diinginkan. Namun jangan persulit diri. Mungkin yang ideal itu memang baik, tapi belum tentu cocok dengan kita.
Ilmu yang perlu dimiliki adalah:
- Hak dan kewajiban suami istri
- Pendidikan. Ilmu mendidik suami / istri dan anak-anak
- Kesehatan
- Hukum, etik, pernik pernikahan dan kerumahtanggaan
Mental, Moral, Spiritual
Bagian ini adalah ketika kita harus siap menerima pasangan apa adanya. Keberanian untuk melakukan sesuatu, termasuk memulai dan menjalani pernikahan harus disertai dengan kehati-hatian.
Kemantapan niat dan langkah untuk menikah juga menjadi bagian dari persiapan itu sendiri. Untuk memperoleh kemantapan hati, kita perlu melakukan istikharah. Dalam istikharah, biarkan Allah yang memutuskan. Pastikan bahwa kita telah sadar bahwa pernikahan bukan jalan untuk melegitimasi nafsu. Setelah itu diperlukan keistiqamahan dalam prinsip mendatangkan dukungan Allah.
Ada beberapa momen yang menjadi saat-saat kita memerlukan keihklasan (kekuatan lebih agar dapat ikhlas):
- Saat menerima pasangan apa adanya
- Saat bertanya dan menegur pasangannya
- Saat mencari rizki yang halal
- Saat mendapat ujian berat dari Allah
- Saat berada di kebuntuan gua yang gelap
Berikut adalah langkah menuju ikhlas:
- Tanyakan pada diri kita apakah kita rela bila jodoh belum datang.
- Apakah kita rela bila jodoh tidak sesempurna yang diharapkan
- Apakah kita rela bila orang tua tidak merelakan
Fisik
Kenali sejak dini kekurangan fisik kita. Hal ini memudahkan kita untuk mengkomunikasikannya dengan pasangan. Jika calon pasangan memiliki penyakit, tidak mutlak kita harus mundur. Jika penyakitnya masih dapat ditolerir, yang harus kita ketahui adalah pertolongan pertama saat penyakit tersebut kambuh, dan lain-lain mengenai penyakit tersebut.
Materi - Finansial
Kesiapan secara finansial bukanlah satu-satunya tolak ukur. Misalnya untuk seorang laki-laki, walau tanpa pekerjaan tetap, asal tetap bekerja, itu cukup memadai. Mungkin kita bisa mencari referensi lain mengenai standar finansial pra nikah, yang jelas jangan jadikan keinginan akan kelimpahan materi sebagai penghalang pernikahan
Sosial
Sosialisasikan kepada orang tua dan keluarga dekat mengenai kriteria calon suami. Tidak jarang kriteria yang diinginkan anak berbeda dengan yang diinginkan orang tua. Perbedaan ini bisa ditepis jika jauh-jauh hari sebelum pernikahan kita sosialisasikan keinginan kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)